Cianjur (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat 60 rumah terdampak pergerakan tanah di Desa Sinarlaut, Kecamatan Agrabinta, berdasarkan hasil kajian Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana segera direlokasi ke wilayah yang dinilai aman.
Kordinator Lapangan BPBD Cianjur Herman di Cianjur, Selasa, mengatakan setelah dilakukan kajian puluhan rumah warga terdampak pergerakan tanah akan di relokasi ke tanah milik desa yang tidak jauh dari perkampungan setelah dilakukan pendataan.
"Pendataan rumah yang direlokasi dilakukan Dinas Perkimtan Cianjur, nanti dilakukan validasi data sebelum diajukan mendapat bantuan pembangunan rumah kembali ke pusat, sesuai petunjuk dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," katanya.
Hingga saat ini, tutur dia petugas gabungan terus memperbaiki data kerusakan akibat bencana pergerakan tanah di sejumlah kecamatan, karena sejak beberapa hari terakhir hujan deras kembali turun dengan intensitas tinggi menyebabkan kerusakan rumah bertambah.
Kemudian jumlah warga yang mengungsi di aula desa, rumah saudara dan sejumlah fasilitas umumnya kembali meningkat yang sebelumnya sudah sempat pulang ke rumah, namun pergerakan tanah kembali terjadi membuat tingkat kerusakan terus bertambah dari ringan menjadi sedang atau sedang menjadi berat.
"Jumlah warga yang mengungsi di Desa Sinarlaut sebanyak 40 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 115 orang, mereka menempati aula desa dan sejumlah tempat pengungsian yang dinilai aman dari pergerakan tanah," katanya.
Sedangkan untuk pelayanan makan selama mengungsi, kata dia sudah dibangun dapur umum lapangan yang dikelola petugas bersama warga, sehingga dapat menyediakan jatah makan 3 kali dalam sehari serta posko kesehatan berkoordinasi dengan puskesmas setempat.
BPBD Cianjur: Puluhan rumah rusak di Sinarlaut segera direlokasi
Selasa, 17 Desember 2024 20:00 WIB

Petugas gabungan melakukan pemeriksaan ke perkampungan warga di Desa Sinarlaut, Kecamatan Agrabinta, Cianjur, Jawa Barat guna memastikan perkembangan situasi pergerakan tanah.(ANTARA/Ahmad Fikri).