Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan operasi modifikasi cuaca (OMC) harus segera dilakukan untuk mengurangi potensi hujan deras yang dapat memicu bencana, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan keretakan tanah di Jawa Barat.
"Operasi modifikasi cuaca ini sejak kemarin sudah saya laporkan ke Kepala Pemerintah Daerah dan juga Kepala BNPB. Sore ini akan dipersiapkan lebih lanjut lagi dalam rapat koordinasi," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang ditemui saat meninjau dampak bencana keretakan tanah di Desa Sukamaju, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat.
Dwikorita menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca dengan cara menebarkan zat natrium klorida (NaCl) ke awan potensial di wilayah selatan Jawa Barat, seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Pangandaran hingga ke Banten bagian selatan.
Berdasarkan analisa BMKG kawasan tersebut berpotensi besar untuk diguyur hujan berintensitas deras disertai dengan badai berupa angin kencang mencapai 33 kilometer per jam (18 knot) pada lapisan permukaan. Kondisi ini diperkirakan berlangsung dalam sepekan ke depan atau setidaknya sampai dengan 8 November 2024.
"Hujan memang tidak bisa dihentikan, tapi paling tidak kita berupaya untuk mengurangi intensitas hujannya dengan OMC ini," kata dia.
Kepala BMKG menjelaskan bahwa besarnya potensi hujan deras di Jawa Barat tersebut dipengaruhi oleh sejumlah fenomena atmosfer, seperti La Nina lemah, madden julian oscilliation (MJO), gelombang ekuatorial rossby, gelombang kelvin yang berada di wilayah Indonesia.
Keberadaan bibit siklon tropis 91S yang terpantau oleh tim meteorologi BMKG sedang berada di Samudera Hindia sebelah barat daya Banten juga memperbesar dampak yang dapat ditimbulkan pada kawasan sekitarnya.
"Apalagi, posisi bibit siklon yang masih baru tersebut terpantau hari ini sudah semakin dekat ke arah darat selatan Jawa Barat. Kami mengkhawatirkan akan berdampak hujan yang intensitasnya bisa sangat lebat dan berpotensi kembali memicu bencana," kata dia.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi melaporkan dari hasil pendataan sementara bencana hidrometeorologi berupa banjir bandang, tanah longsor, pergerakan tanah, dan cuaca ekstrem melanda 30 kecamatan dari 47 kecamatan yang ada, pada Selasa (3/12) dan Rabu (4/12).
Bencana banjir bandang yang disertai tanah longsor ini mengakibatkan ratusan jiwa terdampak, bahkan satu warga dinyatakan meninggal akibat tertimbun tanah longsor di Kecamatan Gegerbitung yang hingga saat ini masih dalam pencarian.
Data rekapitulasi BPBD Sukabumi merincikan untuk bencana tanah longsor terjadi di 13 titik, banjir sembilan titik, angin kencang tujuh titik, dan pergerakan tanah di empat titik yang tersebar di 22 kecamatan, salah satunya Kecamatan Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat.
Adapun jumlah warga yang terdampak dilaporkan sebanyak 103 kepala keluarga atau 243 jiwa, mengungsi sebanyak 46 kepala keluarga atau 93 jiwa, kemudian terancam sebanyak tujuh kepala keluarga atau 19 jiwa serta satu orang meninggal dunia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: OMC harus disegerakan demi kurangi risiko bencana di Jabar