Jakarta (ANTARA) - Direktur Risk Management PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Grandhis H Harumansyah menyatakan bahwa pertumbuhan produk pembiayaan cicil emas melonjak 143,41 persen year-on-year (yoy) per September 2024 menjadi Rp5 triliun.
“Dari berbagai produk yang dimiliki oleh BSI, terdapat pembiayaan atau produk cicil emas yang memiliki pertumbuhan pembiayaan cukup besar, yaitu sebesar 143,41 persen dan memiliki NPF (non-performing financing) sebesar 0,0 persen,” kata Grandhis H Harumansyah, di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan bahwa produk pembiayaan tersebut berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut seiring dengan meningkatnya tren investasi emas di Indonesia, karena tingkat keuntungan atau imbal yang didapatkan semakin menarik.
Hal tersebut, katanya lagi, didorong oleh lonjakan harga emas yang signifikan, yakni mencapai 102,09 persen sejak September 2019, atau dalam lima tahun terakhir.
“Jadi, hal ini memang menjadi peluang yang besar bagi nasabah untuk melakukan investasi emas, untuk berinvestasi yang sifatnya long term atau jangka panjang,” ujarnya.
Sementara untuk bisnis gadai emas, Grandhis menyatakan bahwa pihaknya membukukan kenaikan transaksi sebesar 24,37 persen yoy menjadi Rp5,8 triliun per September 2024.
Ia menuturkan bahwa hal tersebut pun mendorong kenaikan fee-based income dari transaksi gadai emas mencapai 20,32 persen yoy menjadi Rp657 miliar.
Peningkatan transaksi cicil dan gadai emas tersebut seiring dengan kenaikan jumlah nasabah kedua transaksi tersebut.
Nasabah gadai emas BSI tercatat berjumlah 144,7 ribu nasabah per September 2024, atau tumbuh 9,04 persen yoy, sementara jumlah nasabah cicil emas naik 81,52 persen yoy menjadi 292,5 ribu nasabah.
Menurut Grandhis, pertumbuhan nasabah tersebut didukung oleh mudahnya akses transaksi gadai dan cicil emas melalui platform BSI Mobile dengan harga yang kompetitif.