Antarajabar.com Akibat anjloknya harga komoditas di pasar global, nilai tukar petani di Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 0,06 persen pada Agustus 2015.
"Penurunan harga cengkeh dan pala memberikan andil cukup besar terhadap penurunan tersebut dan mampu mrlampaui peningkatan yang dikontribusikan subsektor lainnya," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Barat, Dody Gunawsn saat rilis Perkembangan Indeks Harhs Konsumen/Inflasi, di Kota Bandung, Selasa.
Berdasakan data Badan Pusat Statistik Jawa Barat, nilai tukar petani (NTP) Jabar pada Agustus 2015 tercatat sebesar 104,11 atau turun 0,06 persen dibanding dengan Juli 2015. Penurunan tersebut disebabkan kenaikan Indeks Harga Dibayar Petani (IB) sebesar 0,62 persen lebih besar dibandingkan dengan Indeks Harga Diterima Petani (IT) yang naik 0,56 persen.
Tiga dari lima subsektor pertanian mengalami penurunan NTP, penurunan tertinggi terjadi pada NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang turun 2,40 persen dari 96,65 menjadi 94,33. Diikuti subsektor Hortikultural yang turun 0,32 persen dari 104,92 menjadi 104,58, kemudian NTP Subsektor Perikanan turun 0,29 persen dari 99,09 menjadi 98,80.
Sementara Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,55 persen dsri 103,72 menjadi 104,29 demikian juga dengan NTP Subsektor Peternakan yang naik 0,41persen dari 110,88 menjadi 111,33.
"Terbesar ada di subsektor perkebunan rakyat. IT petani turun 1,74 persen karena anjloknya harga komoditas dunia, sedangkan indeks yang dibayar petani naik 0,57 persen. Harga cengkeh dan pala yang turun cukup memberikan pengaruh," katanya.
Berdasarkan data yersebut, penurunan IT petani di subsektor perkebunan rakyat, kata Dody, harus menjadi perhatian. Pasalnya hal itu juga akan memengaruhi performa ekspor nonmigas jabar, walaupun diakuinya angka tersebut tifak terlalu besar. karena penurunan harga komoditas menunjukkan berakhirnya era tingginya harha komoditas (commodities boom).
"Tidak hanya Indonesia, negara lain seperti Brasol kuga mengalami hal serupa karena anjloknya harga komoditas" kata Dody.
Oleh karena itu, Dody menilai sudah saatnya Jabar untuk lebih fokus mengembangkan sektor lainnya. Ia menilai ada tiga sektor yang akan menjadi masa depan Indonesia, termasuk Jabar, yakni IT, infrastruktur dan ekonomi kreatif.
"Selama ini ekspor kita didominasi elektronik dan modil. Harusnya lima tahun kedepan ekonomi kreatif ini yang mebjadi andalan. Siklusnya memang seperti itu, dari pertambangan, pertanian kemudian ekonomi kreatif," tandasnya.
Nilai Tukar Petani Jabar Turun 0,06 Persen
Rabu, 2 September 2015 13:46 WIB