Bandung (ANTARA) - Setelah dua bulan mengalami deflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat Jabar inflasi 1,6 persen pada Maret 2025 secara bulanan (month to month), seiring berakhirnya diskon tarif listrik.
Plt Kepala BPS Jabar Darwis Sitorus di Bandung, Selasa mengungkapkan bahwa secara tahun kalender (year to date) inflasi di Jabar 0,29 persen, dan inflasi tahun ke tahun (year on year) 0,81 persen.
"Secara month to month Maret 2025 di Jawa Barat terjadi inflasi 1,6 persen. Tarif listrik menjadi penyumbang tertinggi dengan andil inflasi, yakni 1,05 persen, disusul oleh bawang merah dengan andil inflasi 0,14 persen," kata Darwis.
Darwis merinci, berdasarkan kelompok pengeluaran secara bulanan, yang mengalami inflasi tertinggi yaitu kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 7,01 persen dengan andil inflasi sebesar 1,06 persen.
Disusul kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,28 persen dengan andil inflasi sebesar 0,4 persen.
Sementara secara year on year yang memberikan andil inflasi tertinggi, yaitu emas perhiasan 0,46 persen, diikuti kopi bubuk 0,17 persen, minyak goreng 0,16 persen, cabai rawit 0,15 persen dan bawang merah 0,13 persen.
Adapun dari 27 Kabupaten dan Kota di Jawa Barat, kata Darwis, yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Cirebon.
"Dari 10 kabupaten/kota pantauan inflasi di Jabar, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Cirebon 1,94 persen, sementara inflasi terendah terjadi Majalengka 1,10 persen," ujar Darwis.