Antarajabar.com - Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Prof Didi Turmudzi menuturkan organisasi Paguyuban Pasundan yang saat ini menginjak usia ke-102 tahun butuh aktualisasi politik namun bukan bagian dari partai politik dan tidak ingin menjadi partai politik.
"Sebagai organisasi tertua di tanah air, kami mengakui bahwa Paguyuban Pasundan butuh aktualisasi dalam dunia perpolitikan nasional tapi kami bukan parpol dan tidak ingin menjadi parpol," kata Didi Turmuzi, saat memberikan sambutan pada pembukaan Kongres Ke-42 Paguyuban Pasundan, di Gedung Merdeka Bandung, Jumat.
Ia mengatakan, semangat untuk terus berjuang dalam mengatasi permasalahan bangsa menjadi salah satu semangat yang ingin digelorakan dalam Kongres ke-42 Paguyuban Pasundan Tahun 2015.
"Karenanya pada kongres nanti kami ingin tema kongres `katara ayana, karasa manfaatnya` dapat terlihat keberadaannya dan terasa manfaatnya. Kami ingin terus berjuang dan di kongres kali ini saya ingin menggelorakan itu," kata dia.
Menurut dia, organisasi ini memiliki visi berjuang mengangkat harkat dan martabat orang Indonesia dengan memerangi kebodohan dan kemiskinan masih sangat relevan dengan kondisi hari ini.
"Hingga saat ini visi kami juga masih itu yakni memerangi kebodohan dan kemiskinan, dan juga menjaga nilai sunda dan syiar Islam. Karena kami merasa wajah asli budaya, agama adalah ramah dan toleran," ujarnya.
Ia menuturkan, keberadaan negara Indonesia merupakan kontrak sosial antara Indonesia dengan berbagai suku yakni mulai dari Sunda-Indonesia, Jawa-Indonesia, Batak-Indonesia dan semua suku lainnya yang ada di Indonesia untuk kebutuhan yang sama, yakni rasa aman damai, sejahtera.
"Dan ketika tujuan tersebut tidak tercapai maka kontrak sosial itu terancam habis. Kami ingin memperpanjang kontrak sosial tersebut. Karena saya melihat tanda-tanda itu, terjadi penyimpangan-penyimpangan yang telah menimbulkan ketidakadilan. Ini akan menimbulkan disintegrasi bangsa," ujar dia.
Lebih lanjut ia mengatakan sejak awal pendiriannya, organisasi Paguyuban Pasundan merupakan organisasi multikultural yang anggotanya tidak terbatas hanya suku sunda saja.
"Alhamdulillah sampai saat ini pun kepengurusan Paguyuban Pasundan berasal dari berbagai etnis. Sehingga tidak berdasarkan darah, kepengurusannya multi kultural. Ada orang batak, dewan pengaping pun ada yang orang Cina. Orang Jawa juga ada," kata dia.
Ketika pertama kali didirikan, kata Paguyuban Pasundan menganut prinsip keterbukaan dan mengakui perbedaan yakni dengan ditunjukknya orang Bugis sebagai ketua umumnya.
"Dan dalam sejarah Budi Utomo yang berdiri 1908, baru pada 1931 terbuka. Paguyuban Pasundan sudah lebih dulu, sejak berdiri 1913 sudah terbuka," kata dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, pada kongres kali ini pun, seluruh pengurus dari berbagai daerah di Indonesia akan hadir dan dari negara lain pun dipastikan hadir, salah satunya dari Australia.
"Kongres ini diikuti lebih dari 500 orang dari berbagai provinsi di seluruh Indonesia, juga dari beberapa negara, seperti Australia yang sudah hadir. Karena kepengurusan Paguyuban Pasundan itu tidak hanya orang sunda," kata dia.