Pada akhir perdagangan Kamis, rupiah menguat 96 poin atau 0,63 persen menjadi Rp15.239 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.335 per dolar AS.
"Para pembuat kebijakan The Fed juga memperkirakan bahwa suku bunga acuan akan turun sebesar setengah poin persentase pada akhir tahun ini, satu poin persentase penuh pada akhir tahun 2025, dan setengah poin persentase pada akhir tahun 2026," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Pada Rabu (18/9) bank sentral AS atau The Fed memangkas suku bunga FFR sebesar 50 basis poin (bps) ke kisaran 4,75-5 persen. Selanjutnya, peluang pemotongan suku bunga ke depan masih tetap terbuka.
Langkah itu mencerminkan keyakinan The Fed bahwa tekanan inflasi telah mereda dan akan terus bergerak turun menuju target 2 persen, sehingga memungkinkan adanya pelonggaran moneter yang lebih agresif untuk mendukung pasar tenaga kerja yang cenderung melemah selama beberapa waktu ke belakang.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa keputusan tersebut merupakan sebuah pergeseran dalam pendekatan yang dilakukan oleh bank sentral AS dengan fokus untuk menghindari pelemahan di pasar tenaga kerja.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) sudah lebih dulu melaksanakan pelonggaran suku bunga dengan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dan menjadikan suku bunga BI berada pada level 6 persen.
Menurut Taufan, ketika BI-Rate diturunkan, imbal hasil dari instrumen keuangan dalam mata uang rupiah menjadi lebih rendah, sehingga membuat pelaku pasar mencari aset yang lebih menguntungkan di negara lain, yang berpotensi menurunkan permintaan terhadap rupiah.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa keputusan tersebut merupakan sebuah pergeseran dalam pendekatan yang dilakukan oleh bank sentral AS dengan fokus untuk menghindari pelemahan di pasar tenaga kerja.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) sudah lebih dulu melaksanakan pelonggaran suku bunga dengan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dan menjadikan suku bunga BI berada pada level 6 persen.
Menurut Taufan, ketika BI-Rate diturunkan, imbal hasil dari instrumen keuangan dalam mata uang rupiah menjadi lebih rendah, sehingga membuat pelaku pasar mencari aset yang lebih menguntungkan di negara lain, yang berpotensi menurunkan permintaan terhadap rupiah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah naik di tengah proyeksi penurunan kembali FFR hingga akhir 2024