Kondisi saat ini, kata dia, pompanisasi baru dilakukan di lahan padi karena akses untuk mendapatkan air irigasi lebih mudah, sedangkan untuk lahan tanaman jagung dan bawang merah lokasinya di lahan darat sulit mendapatkan sumber air yang dapat dimanfaatkan.
Jika tidak terpenuhi kebutuhan airnya, lanjut dia, kemungkinan tanaman jagung dan bawang merah terancam gagal panen, namun petani masih berharap dengan kondisi cuaca saat ini ada turun hujan agar tanamannya masih bisa diselamatkan.
"Kondisi iklim saat ini masih ada harapan terselamatkan karena informasi dari BMKG musim kemarau sekarang kondisinya La Nina kemarau basah, bukan El Nino kemarau kering seperti tahun 2023, masih dimungkinkan sepanjang musim kemarau ada turun hujan," katanya.
Ia menyampaikan dengan kondisi saat ini kemungkinan dampak kemarau terhadap areal pertanian tidak akan terlalu besar, angka lahan kekeringan saat ini jika dipersentasekan hanya 0,22 persen dari luas pertanaman padi per akhir 31 Mei 2024 sekitar 32.325 hektare sedangkan luas kekeringan 73 hekatre.
Meski begitu, kata dia, petani juga harus mewaspadai dengan risiko dari adanya ancaman serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama yang menyerang tanaman karena kondisi cuaca saat ini biasanya menyebabkan kelembaban pada lingkungan maupun tanaman meningkat, sehingga mempercepat perkembangan cendawan maupun bakteri penyebab penyakit pada tanaman.
"Mungkin untuk musim kemarau sekarang dampak terhadap kekeringan tidak akan seluas tahun sebelumnya, karena kondisi iklimnya La Nina, namun yang perlu diantisipasi oleh petani pada saat memasuki La Nina adalah kewaspadaan terhadap serangan OPT atau petani biasa menyebutnya hama dan penyakit," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPTPH Jabar: Petani di Garut mulai pompanisasi atasi kekeringan lahan
Petani di Garut mulai pompanisasi atasi kekeringan lahan
Kamis, 27 Juni 2024 20:50 WIB