Hasto juga menyoroti masalah "childfree" dari sisi kesehatan yang dapat berbahaya bagi kaum perempuan. Misalnya pada kasus kanker payudara.
"Nikah dan hamil itu sehat loh. Karena orang yang punya kanker payudara, juga cenderung orang yang tidak menyusui. Sehingga menyusui, memberikan air susu, hamil itu memberikan kesehatan," kata Hasto.
Selain itu, kata dia, wanita yang hanya memiliki satu anak lebih beresiko terkena kanker rahim. "Orang yang kena kanker rahim, bukan mulut rahim loh. Beda antara mulut rahim dan rahim," katanya.
Orang yang punya kanker rahim itu cenderung anaknya hanya satu, orangnya gemuk dan tensinya tinggi. "Itu juga akhirnya (potensi) kanker rahim meningkat. Orang yang kena (penyakit) miom pada rahim juga orang yang tidak menikah," kata Hasto.
"Jadi hati-hati, jangan pertimbangannya emosional. Karena fungsi seorang perempuan hamil dan melahirkan itu ternyata ada manfaat, tidak hanya masalah keseimbangan penduduk. Tapi kalau saya sendiri program saya mendorong untuk jangan 'childfree'," kata Hasto.
Menurut dia, jumlah penduduk yang besar dan terukur juga berpengaruh pada perkembangan ekonomi.
Menurut dia, angka melahirkan yang ideal untuk setiap pasangan menikah adalah 2,1 dan hingga kini rata-rata pasangan di Indonesia melahirkan 2,18 anak.
"Harusnya perempuan itu rata-rata punya anak 2,1. Secara nasional angkanya 2,18. Tapi di Jawa Tengah itu 2,04. Jadi sudah terlalu sedikit, akan menjadi 'zero growth' atau 'minus growth'. Ada sedikit banyak ada pengaruhnya (dari) itu (childfree)," kata Hasto.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: "Childfree" bahayakan masa depan bangsa