Antarajawabarat.com, 11/2 - Para pedagang Pasar Baru Kota Bandung kian sadar kawasan perdagangan itu menjadi tujuan wisatawan domestik maupun mancanegara.
"Ya sebagai kawasan wisata belanja kian terasa dengan banyaknya wisatawan yang singgah berbelanja, jadi kini tak sekedar jualan namun juga memberikan warna sebagai pedagang di kawasan wisata belanja," kata Ny Ummi (45) pedagang sandang di Pasar Baru Bandung, Rabu.
Ia beserta beberapa pedagang lainnya kian terbiasa melayani para wisatawan, selain menawarkan dagangan mereka juga kian akrab dengan beberapa kosa kata bahasa daerah di Indonesia dan juga bahasa Inggris dan Melayu.
Mereka mengaku sapaan dengan bahasa asal wisatawan memberikan daya tarik bagi pengunjung untuk menghampiri dan berbelanja, dan tentunya dengan jenis barang yang diminati.
"Mereka senang bila dipanggil dengan bahasa di negaranya, mereka simpati dan ngobrol. Meski kemampuan bahasa kami terbatas, namun mereka senang dan kami jadi terbiasa, khususnya menawarkan harga," katanya.
Hal senada juga diungkapkan dengan Fikri, pedagang cenderamata yang mengaku banyak dikunjungi oleh wisatawan. Meski demikian para pelancong banyak membeli oleh-oleh makanan, sandang dan juga cenderamata.
Dengan komoditas yang lengkap, termasuk akesoris muslim yang banyak diburu wisatawan Malaysia, Pasar Baru memberikan banyak pilihan. Bahkan kesadaran para pedagang untuk mensosialisasikan penggunaan mata uang Rupiah bagi wisatawan juga kian tinggi.
"Kita senang mereka bisa membeli dengan ringgit, namun kami minta mereka membayar dengan rupiah. Mereka bisa mengerti," kata Fikri.
Lokasi yang strategis, yakni berada tepat di jantung kota, menjadi magnet tersendiri bagi para pelancong untuk berbelanja. Pasar yang pada jaman penjajahan Belanda disebut dengan nama Pasar Baroeweg itu memanjakan hasrat belanja segala kebutuhan sandang.
Pasar yang dulunya menganut konsep tradisional ini merubah konsepnya menjadi trade center dan tampil lebih modern dengan fasilitas-fasilitas yang memadai.
Rohim (70), salah seorang warga yang berdomisili di sekitar pasar baru itu mengungkapkan perubahan besar dari pasar itu itu. Dari yang banyak pedagang kaki lima menjadi lebih tertib setelah ditata dengan konsep pasar terpadu itu.
Perubahan konsep pasar dari tradisional menjadi konsep trade center yang serba modern itu pada tahun 2001 dan diresmikan pada tahun 2003.
"Kehadiran wisatawan juga memberikan berkah tersendiri, dan berimbas pada kenaikan omset. Saya bisa mencapai Rp12 juta per hari," kata Rohim.
Setiap akhir pekan pasar itu dipastikan lebih sibuk.
"Wisatawan mancanegara sebagian besar dari Malaysia, biasa datang pada Sabtu dan Minggu. Ada juga dari India, Jepang dan beberapa negara lainnya," kata Rudiyana (28) seorang penjaga toko grosir.
Selain menawarkan wisata belanja, Pasar Baru Trade Center juga memiliki food court di lantai tujuh sehingga menambah fasilitas wisata belanja di kawasan itu.***1***
Rida