"Karena kami ingin mendorong teman-teman diaspora pulang ke Indonesia dan ilmu yang didapat di sini bisa 'transfer knowledge' ke dokter-dokter di Indonesia. Pemikiran bahwa dokter luar lebih jelek harus dilupakan, kita memaksa teman-teman dokter senior tidak berpikir begitu lagi, WNA pun kalau kompetensinya dibutuhkan kita buka kesempatan," ungkap Arianti.
Selain itu, Arianti menerangkan bahwa diaspora nakes dapat mendaftar dulu secara daring di laman https://adaptasi.kemkes.go.id dari domisili saat ini, melakukan wawancara daring dan bila sudah mendapat jawaban barulah memproses kepindahan ke Indonesia.
Pengurusan dokumen daring tersebut termasuk untuk Surat Tanda Registrasi (STR), Satuan Kredit Profesi (SKP), Surat Izin Praktik (SIP). Terlebih dengan aturan yang baru, STR tenaga kesehatan berlaku seumur hidup dan gratis, sedangkan SKP baru diminta saat perpanjang SIP sehingga tidak ada campur tangan organisasi profesi selama di daerah tersebut masih membutuhkan kuota dokter spesialis maka SIP dapat dikeluarkan.
"Jadi tidak ada waktu yang terbuang. Kami tidak mau lagi diaspora merugi karena adaptasi yang bertele-tele. Ini perkembangan yang luar biasa dan sesungguhnya saat membuat peraturan ini mendapat banyak pertentangan, tapi alhamdulillah banyak dokter-dokter terbuka, termasuk Konsil Kedokteran IndonesiaKKIjuga mendukung, sampai saat ini 19 dokter diaspora dan menunggu 50 dokter lagi untuk ujian board," jelas Arianti.
Indonesia, menurut Arianti, juga sedang membangun rumah sakit berkelas internasional secara besar-besaran di Surabaya, Makassar, Ibu Kota Nusantara dan Papua.
"Selain itu rumah sakit vertikal lama seperti RSUP Fatmawati, RS Dharmais, juga sedang dilakukan perombakan besar-besaran dengan alat yang canggih. Kami punya dana Rp61 triliun yang dilakukan perbaikan untuk melengkapi alat-alat dari rumah sakit-rumah sakit,“ tambah Arianti.
Perbaikan lainnya, kata Arianti, adalah sistem remunerasi dokter yang bersaing dengan remunerasi rumah sakit luar negeri.
"Rumah sakit vertikal saat ini sedang ditingkatkan remunerasi, seperti RSCM, RSUP Fatmawati, RS Harapan Kita, RS Dharmais untuk remunerasi bisa sampai Rp300 juta, jadi tidak kalah di Indonesia. Fasilitasnya juga bagus, ini kami undang teman-teman diaspora untuk kembali dan mengisi kekosongan dokter di Indonesia," kata Arianti.
Kemenkes kepada diaspora nakes: Kami undang teman-teman pulang ke Tanah Air
Minggu, 9 Juni 2024 9:30 WIB