Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan pola kemitraan inti-plasma dalam peternakan bisa diterapkan untuk meningkatkan produksi daging, yang nantinya berdampak terhadap kesejahteraan peternak di Indonesia.
“Kita sudah lihat peternakan sapi (milik PT Lembu Setia Abadi Jaya), itu 90 persen plasma dan 10 persen inti. Kambing juga demikian ke depan,” kata Mentan Arman saat ditemui di Majalengka, Jawa Barat, Kamis.
Baca juga: Mentan imbau petani di Pulau Jawa waspadai bencana kekeringan
Baca juga: Mentan imbau petani di Pulau Jawa waspadai bencana kekeringan
Ia menjelaskan bahwa konsep kemitraan ini bisa melibatkan lebih banyak peternak lokal yang bekerja sama dengan pengusaha, dalam meningkatkan produksi daging dalam negeri.
Menurut dia, pola kemitraan inti-plasma sudah berhasil diterapkan pada kegiatan peternakan di Majalengka serta diharapkan semua daerah bisa mengaplikasikan konsep tersebut.
“Kalau ini kembangkan di seluruh Indonesia, kita bisa swasembada daging ke depan. Tapi kita memulai dulu. Kami mau mengundang (peternak dan pengusaha) khusus ke kantor untuk mengecek apa saja yang dibutuhkan dalam mengembangkan ini,” ujarnya.
Arman menjamin dalam dua pekan ke depan, Kementerian Pertanian bakal mengajak pengusaha serta peternak untuk membahas regulasi maupun kebijakan yang dibutuhkan guna mendukung program itu.
Mentan memastikan bahwa pemerintah selalu memprioritaskan pelayanan terbaik bagi peternak, termasuk mempermudah proses perizinan yang diajukan untuk kegiatan usaha di sektor peternakan.
“Apa saja kebijakan dari pemerintah untuk mengakselerasi program ini, kami minta diseriusin dan dibantu. Jangan dipersulit. Misalnya untuk breeding dan seterusnya kami dukung penuh. Intinya sudah ada arah untuk Indonesia mandiri daging,” katanya.
Dukungan tersebut, kata dia, sangat diperlukan karena potensi pasar untuk kebutuhan daging dalam negeri sangat tinggi dan seharusnya peternak lokal dapat memberikan kontribusi lebih.
Arman mencontohkan untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, Indonesia masih harus mengimpor kurang lebih 600 ribu ton daging dengan nilai sekitar Rp20 triliun.