Antarajawabarat.com,11/12 - Pemimpin Soviet terakhir Mikhail Gorbachev Selasa mendesak Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk "mencairkan kebekuan" hubungan dengan Moskow meskipun terjadi ketegangan atas Ukraina.
Tokoh 83-tahun itu mengatakan dalam satu artikel yang diterbitkan di negara bagian Rossiiskaya, harian Gazeta, bahwa krisis Ukraina telah memimpin Barat tidak hanya menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap
Rusia tetapi juga untuk keinginan kerja sama tentang isu-isu global dari kontra-terorisme perubahan iklim dan epidemi penyakit.
"Kita harus segera mencairkan hubungan," kata Gorbachev.
"Saya menyarankan agar para pemimpin Rusia dan Amerika Serikat berpikir tentang pengadaan KTT pada agenda yang luas, tanpa persyaratan awal ... yang sama jenis KTT yang harus dipersiapkan antara Rusia dan Uni Eropa."
Rusia dan Amerika Serikat "membawa tanggung jawab khusus", kata Gorbachev. "Ketika mereka berjalan jauh dari itu, dunia melihat konsekuensi yang mengerikan."
Kedua pihak harus turun dari posisi ideologis mereka, katanya. "Kami tidak perlu takut bahwa seseorang akan 'kehilangan muka' atau seseorang akan memenangkan satu kemenangan propaganda. Itu semua milik masa lalu. Kita harus berpikir tentang masa depan."
Gorbachev memperingatkan bahwa upaya-upaya internasional saat ini untuk memecahkan krisis Ukraina "tidak sebanding dengan bahaya yang mengancam kita semua."
Dia mengatakan bahwa ia percaya "kedua pihak dalam konflik Ukraina melanggar gencatan senjata, kedua pihak bersalah dalam menggunakan senjata jenis sangat berbahaya dan melanggar hak asasi manusia".
"Perang sampai akhir kemenangan tidak mungkin," katanya. "Sudah waktunya untuk berhenti!"
Dia mengatakan, perundingan untuk mengakhiri konflik harus didasarkan pada kesepakatan perdamaian yang dicapai di Minsk pada September, meskipun telah gagal untuk menghentikan pertempuran.
"Tidak ada apapun yang lain," katanya.
Gorbachev mendukung aneksasi Rusia atas Krimea. Dia mengatakan pada Maret bahwa Rusia berhak untuk memperbaiki kesalahan sejarah oleh Uni Soviet dalam menyerahkan ke Ukraina dan bahwa "ini harus disambut bukannya menerapkan sanksi di atasnya."
antara