Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat (jabar) Herman Suryatman menegaskan bahwa jalur-jalur berisiko di Jabar, termasuk Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) yang mengalami longsor menjadi atensi pemerintah provinsi, terlebih kini telah masuk arus mudik Lebaran 2024.
"Ini menjadi atensi kami, Pemprov Jabar akan mengecek bagaimana jalur-jalur yang berisiko ya bukan hanya Bocimi, tapi juga Cisumdawu termasuk yang lain di wilayah Jawa Barat. Ini harus dicek, kroscek apalagi sekarang menjelang hari raya," kata Herman, di Bandung, Kamis.
Atensi ini diberikan, kata Herman, demi mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat pemerintah menilai yang paling penting adalah keselamatan masyarakat.
"Karena keselamatan ya para pemudik, keselamatan warga masyarakat sekitar, tentu itu adalah nomor satu," ujarnya pula.
Terkait dengan longsor di Tol Bocimi tepatnya di Km 64-600 daerah Parungkuda, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jabar pada Rabu (3/4) malam yang menimbulkan korban mengalami luka-luka, Herman mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi intensif dengan pengelola jalan tol dan dengan pemerintah daerah setempat.
"Kami juga sudah menugaskan BPBD ke lapangan, bahkan pada saat kejadian ada langsung turun ke lapangan dan koordinasi dengan BPBD setempat untuk memastikan penanganan jangka pendek, sehingga jalur itu bisa di gunakan. Dan untuk yang luka-luka kami mengucapkan belasungkawa mudah-mudahan secepatnya bisa sembuh," katanya lagi.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan lokasi longsor yang terjadi di Tol Bocimi Km 64 masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah yang ditandai warna kuning pada peta gerakan tanah.
"Di sini dapat diartikan bahwa (lokasi) mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah," kata Kepala Tim Kerja Gerakan Tanah PVMBG Oktory Prambada saat dihubungi ANTARA.
Oktory menjelaskan gerakan tanah itu dapat terjadi terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali terutama akibat curah hujan yang tinggi.
Menurutnya, lokasi kejadian gerakan tanah pada bagian permukaan yang merupakan endapan vulkanik Gunung Gede Pangrango dan ada multiparameter yang menyebabkan kenapa suatu daerah masuk zona kerentanan gerakan tanah menengah.
"Ini menjadi atensi kami, Pemprov Jabar akan mengecek bagaimana jalur-jalur yang berisiko ya bukan hanya Bocimi, tapi juga Cisumdawu termasuk yang lain di wilayah Jawa Barat. Ini harus dicek, kroscek apalagi sekarang menjelang hari raya," kata Herman, di Bandung, Kamis.
Atensi ini diberikan, kata Herman, demi mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat pemerintah menilai yang paling penting adalah keselamatan masyarakat.
"Karena keselamatan ya para pemudik, keselamatan warga masyarakat sekitar, tentu itu adalah nomor satu," ujarnya pula.
Terkait dengan longsor di Tol Bocimi tepatnya di Km 64-600 daerah Parungkuda, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jabar pada Rabu (3/4) malam yang menimbulkan korban mengalami luka-luka, Herman mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi intensif dengan pengelola jalan tol dan dengan pemerintah daerah setempat.
"Kami juga sudah menugaskan BPBD ke lapangan, bahkan pada saat kejadian ada langsung turun ke lapangan dan koordinasi dengan BPBD setempat untuk memastikan penanganan jangka pendek, sehingga jalur itu bisa di gunakan. Dan untuk yang luka-luka kami mengucapkan belasungkawa mudah-mudahan secepatnya bisa sembuh," katanya lagi.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan lokasi longsor yang terjadi di Tol Bocimi Km 64 masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah yang ditandai warna kuning pada peta gerakan tanah.
"Di sini dapat diartikan bahwa (lokasi) mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah," kata Kepala Tim Kerja Gerakan Tanah PVMBG Oktory Prambada saat dihubungi ANTARA.
Oktory menjelaskan gerakan tanah itu dapat terjadi terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali terutama akibat curah hujan yang tinggi.
Menurutnya, lokasi kejadian gerakan tanah pada bagian permukaan yang merupakan endapan vulkanik Gunung Gede Pangrango dan ada multiparameter yang menyebabkan kenapa suatu daerah masuk zona kerentanan gerakan tanah menengah.