Pengelolaan Warisan Dunia
Situs cagar budaya wilayah tambang batu bara Ombilin Sawahlunto terbagi menjadi tiga area yaitu, Kota Tambang Sawahlunto; fasilitas dan infrastruktur perkeretaapian; dan fasilitas penyimpanan batu bara di Emmahaven atau Pelabuhan Teluk Bayur. Ketiga area tersebut tersebar di tujuh kota/kabupaten di Sumatera Barat.
Sebagai dukungan untuk menjaga aset warisan dunia itu, Pemerintah Kota Sawahlunto membentuk citra sebagai kota cagar budaya berbasis heritage. Hal itu dirumuskan dalam Visi Kota Sawahlunto sebagai "Kota Sawahlunto Tahun 2020 menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya" yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Sawahlunto Nomor 2 Tahun 2001.
Dibutuhkan waktu sekitar 3,5 jam untuk sampai di Sawahlunto dari Bandara Internasional Minangkabau lewat jalur Jalan Raya Padang-Solok. Pemandangan hijau dengan kontur jalan berkelok jadi teman selama perjalanan menuju kota tambang tertua di Indonesia itu.
Lanskap hijau, teduh, dan berkelok masih akan ditemui sesampainya di Kota Sawahlunto. Maklum saja, nama Sawahlunto sendiri diambil dari kata “Sawah” yang menggambarkan hamparan sawah dan kata “Lunto” yang diambil dari nama Sungai Batang Lunto yang mengelilingi daerah itu.
Tidak hanya asri, deretan bangunan yang berdiri di Sawahlunto punya ciri khas yang berbeda dengan bangunan di daerah Sumatera Barat lainnya yang identik dengan atap runcing.
Bangunan-bangunan berarsitektur khas Belanda, di Sawahlunto, utamanya di pusat kota, masih berdiri kokoh dan megah. Beberapa di antaranya telah dialih fungsi menjadi gedung perkantoran, hotel, sekolah, hingga museum.
Selain instagrammable, bangunan tua di Sawahlunto memang tidak boleh sembarangan dipugar.