Jakarta (ANTARA) - Sebuah fasad melengkung dan kaca patri besar memanjang tampak menghiasi bagian depan Gedung Filateli Jakarta yang terletak di Jalan Pos Nomor 2, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Lantunan musik jazz yang keluar dari pengeras suara terdengar sayup memecah hening pada area great hall bangunan tersebut.
Kawasan seluas 7.000 meter persegi itu menyimpan sejarah panjang tentang perjalanan pos di Indonesia hingga akhirnya berubah menjadi tempat berkumpul para anak muda, UMKM, komunitas, dan seniman.
Buku Ensiklopedi Jakarta Jilid II terbitan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005 menyebutkan kantor pos pertama didirikan oleh Vereenigde Oostindische Compagniecode (VOC) di Batavia.
Kantor pos pertama terletak di daerah Pasar Ikan di bagian kompleks tua sebelah utara Batavia dibangun saat zaman Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff Huis pada 26 Agustus 1746.
Adapun kantor pos pusat berlokasi di Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng) di lantai dasar Istana Daendels (sekarang Gedung AA Maramis) pada tahun 1835.
Kemudian, pemerintah kolonial memindahkan kantor pos ke Posweg atau sekarang disebut Jalan Pos pada tahun 1853, di antara Schouwburg (sekarang Gedung Kesenian Jakarta) di sebelah timur dan Kleine Klooster Boom (sekarang Biara Ursulin Santa Maria) di sebelah barat.
Buku berjudul Gedung Tua di Jakarta yang diterbitkan Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah DKI Jakarta Tahun 1993 mengungkapkan tujuan pembangunan kantor pos adalah untuk menjamin keamanan surat-surat dari kantor dagang luar Jawa dan surat-surat untuk tujuan ataupun datang dari Belanda.
“Tahun 1912, arsitek Belanda J.F Von Hoytema merombak gedung pos selama 17 tahun,” kata Direktur Pos Properti Indonesia Junita Roemawi saat ditemui di kawasan Pos Bloc, Jakarta, pada pertengahan Maret 2024.