Bahkan, angkutan batu bara dibagi menjadi setidaknya tiga pergantian lokomotif. Pertama, dari Sawahlunto hingga Padang Panjang, dilanjutkan dari Padang Panjang hingga Kayu Tanam, dan kemudian dari Kayu Tanam menuju Padang. Pergantian lokomotif ini disesuaikan dengan kemampuan kereta api agar dapat menempuh jalur yang ada.
Setelah diangkut dari lokasi pertambangan, batu bara dibongkar dari rangkaian kereta di Silo Gunung, Padang, untuk dimuat ke kapal di Pelabuhan Teluk Bayur (dahulu disebut Emmahaven). Selain jadi tempat bongkar muat, silo tersebut dibangun pula sebagai gudang penyimpanan.
Selanjutnya, batu bara dibawa dengan kapal menuju tempat-tempat lain di Hindia Belanda, atau kemudian Indonesia, dan belahan dunia lain sebagai sumber energi yang menghidupkan industri dan transportasi.
Sayangnya, di balik peran batu bara yang telah menerangi Sawahlunto, masa penjajahan Hindia Belanda kala itu juga turut memberikan kisah pedih. Pasalnya, bongkahan batu bara dikeruk oleh para kuli kontrak, pekerja lepas, serta para tahanan tanpa nama yang disebut "orang rantai".
Sebutan "orang rantai" ditujukan untuk para tahanan yang dikirim langsung dari berbagai wilayah jajahan Hindia Belanda di Tanah Air untuk kerja paksa (rodi) di tambang Ombilin. Alih-alih nama, para tahanan yang dirantai selama kerja paksa itu ditandai dengan urutan nomor yang mereka bawa hingga akhir hayat.
Para pekerja rodi itu dipaksa untuk bekerja di dalam lubang bawah tanah yang gelap dan menyesakkan hingga mengembuskan napas terakhir. Mereka yang mencoba melarikan diri dihukum cambuk dan dipenjarakan. Bahkan, hingga kini, hanya batu nisan dengan identitas nomor saja yang tersisa dari sejarah orang rantai.
Berdasarkan pernyataan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudrisktek), atas pertukaran teknologi pertambangan yang dilakukan Belanda di daerah jajahannya serta tantangan ekstrem alam yang dihadapi, UNESCO menilai pembangunan tambang batu bara Ombilin dan jalur kereta api merupakan sebuah "misi mustahil" yang berhasil ditunaikan.