Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) mengerahkan tim khusus untuk membantu warga terdampak banjir di Cirebon, dengan memberikan program trauma healing atau proses penyembuhan gangguan psikologis.
“Dinas Sosial (Dinsos) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) akan memberikan trauma healing bagi masyarakat,” kata Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin saat ditemui di Cirebon, Kamis.
Baca juga: 5 sungai di Cirebon dinormalisasi untuk cegah banjir
Baca juga: 5 sungai di Cirebon dinormalisasi untuk cegah banjir
Menurutnya, para korban banjir tidak hanya menderita kerugian materi, mayoritas korban juga mengalami trauma karena setiap tahun rumah mereka sering terkena banjir saat musim hujan.
Oleh karena itu, lanjutnya, masyarakat di Cirebon, khususnya anak-anak, yang terdampak banjir harus menjalani trauma healing agar kondisi mental mereka kembali seperti sediakala.
“Masyarakat tidak merasakan banjir tahunan karena tahun 2022 paling parah, terjadi 33 kali banjir. Kemudian pada 2023 turun jadi tujuh kali karena (sungai) sudah dinormalisasi,” ujar Bey Machmudin.
Selain program itu, ia menyampaikan Dinsos Jabar sudah membentuk dapur umum pada sejumlah lokasi banjir untuk membantu mencukupi kebutuhan konsumsi makanan maupun minuman bagi warga terdampak.
Bey juga menuturkan untuk saat ini pemerintah daerah (pemda) setempat masih mengkaji terkait peristiwa banjir tersebut apakah statusnya dinaikkan menjadi tanggap darurat atau tidak.
Meski begitu ia melihat bahwa sejumlah lokasi banjir yang merendam sembilan kecamatan di Cirebon Timur sudah mulai surut dan diharapkan peristiwa tersebut tidak terjadi lagi.
“Kami lihat nanti apakah akan ada tanggap darurat dan nanti ada dari Belanja Tidak Terduga (BTT) di Kabupaten Cirebon (untuk penanganan korban terdampak banjir),” tutur Bey.
Dia menegaskan Pemprov Jabar segera menerapkan penanggulangan jangka panjang untuk mengurangi risiko banjir saat musim hujan di Cirebon.
Apalagi, tambah dia, peristiwa banjir kali ini disebabkan karena meluapnya beberapa aliran sungai di wilayah itu, karena debit air yang meningkat akibat curah hujan tinggi.
“Selain normalisasi, banyak juga sedimentasi di kanan dan kiri sungai. Itu menyebabkan alirannya semakin tinggi dan nanti direvitalisasi. Kami berharap banjir itu tidak menjadi tradisi tahunan, kita hentikan,” ucap Bey Machmudin.
Baca juga: Bupati Cirebon persiapkan strategi kurangi dampak banjir
Baca juga: Bupati Cirebon persiapkan strategi kurangi dampak banjir