Dia mengatakan rancangan resolusi itu didukung oleh hampir 100 negara, termasuk China.
"Meski resolusi itu diveto, pandangan masyarakat internasional sangat jelas: gencatan senjata kemanusiaan adalah prioritas utama," katanya.
"Kami tidak akan berhenti, tetapi terus berupaya untuk menyelamatkan nyawa, menegakkan keadilan dan menciptakan perdamaian."
Membiarkan pertempuran terus berlangsung sambil mengaku peduli pada kehidupan dan keselamatan orang-orang di Gaza serta kebutuhan kemanusiaan di sana adalah hal yang "kontradiktif," kata Zhang dalam pernyataan terpisah.
"Membiarkan pertempuran berlanjut sambil menganjurkan pencegahan meluasnya konflik adalah tindakan yang menipu diri sendiri. Membiarkan pertempuran berlanjut sambil menyebut perlindungan perempuan dan anak perempuan serta hak asasi manusia adalah tindakan yang sangat munafik. Semua ini, sekali lagi, menunjukkan apa itu standar ganda," katanya.
Zhang mendesak Israel untuk memerhatikan seruan dunia dan menghentikan "hukuman kolektif" terhadap orang-orang di Gaza.
"Kami mendukung mediasi diplomatik lebih lanjut untuk mendorong pembebasan segera semua orang yang ditawan. Kami menyerukan kepada semua pihak terkait untuk mengerahkan segala upaya demi tujuan bersama mengakhiri pertempuran di Gaza, untuk tetap menjaga harapan kelangsungan hidup rakyat Palestina, dan untuk tetap menjaga harapan perdamaian di kawasan Timur Tengah," kata dia.
AS pada Jumat (8/12) memveto resolusi tersebut, yang diajukan oleh UEA dan didukung lebih dari 90 negara anggota PBB.
Dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara itu, 13 suara mendukung sedangkan Inggris menyatakan abstain.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PBB: 133 Staf UNRWA tewas akibat serangan Israel di Gaza