Jakarta (ANTARA) - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan pemilih pemula lebih menyukai trik yang dimunculkan capres-cawapres untuk menarik perhatian daripada visi dan misi peserta Pilpres 2024.
"Banyak media, ketika bertanya kepada saya apa visi dan misinya, apa programnya, dan seterusnya. Kalangan pemilih, apalagi pemilih pemula, itu tidak terlalu tertarik, (mereka) tertarik lebih kepada gimik," kata Ganjar menyambangi Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Kamis.
Para pemerhati politik pun, menurut Ganjar, menilai demokrasi bisa berjalan secara substansi dan bukan prosedur. Sebab, substansi demokrasi tak hanya berkenaan dengan aspek politik, tetapi juga alam pikir ekonomi dan sosial budaya.
Asumsinya, lanjutnya, apabila keadaan ekonomi dan sosial suatu negara baik, maka otomatis akan diikuti pula dengan kemajuan politik. Hal itu berarti pula kemajuan substansi demokrasi.
"Kemudian, para kandidat itu bisa menyampaikan apa yang menjadi ide, gagasan, kondisi, dan solusi," tambahnya.
Mantan gubernur Jawa Tengah itu khawatir kalau setiap pemimpin baru memiliki visi dan misi yang berbeda dengan konstitusi.
Dia lalu bercerita terkait peristiwa di tahun 1998, di mana saat itu merupakan momen penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Saat itu, Presiden kedua RI Soeharto mengumumkan berhenti dari jabatannya sebagai kepala negara setelah 32 tahun berkuasa.
Turunnya Presiden Soeharto pada peristiwa 21 Mei 1998 itu menjadi tonggak awal Indonesia memasuki era reformasi.
"Saya akan memulai dari cerita 98 saja, karena peristiwa 98 itu penting. Itulah yang menjadi cita-cita dari seluruh perbaikan yang ada di bangsa dan negara ini," ujar Ganjar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ganjar Pranowo: Pemilih pemula lebih tertarik gimik daripada visi-misi