Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon, Jawa Barat, berhasil menurunkan jumlah kasus stunting di daerah itu dari angka 30,6 persen pada 2021 menjadi 17 persen tahun 2022 dan diestimasikan dapat terus berkurang hingga akhir 2023.
“Angka stunting di Kota Cirebon ada penurunan signifikan, turun 13 persen dari 2021-2022. Jika dulu urutan kelima dari bawah, sekarang bisa lima dari atas,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (DP3APPKB) Kota Cirebon Suwarso Budi di Cirebon, Senin.
Suwarso mengatakan, pencatatan angka stunting itu didasarkan pada hasil survei status gizi nasional dan berdasarkan data tersebut, Kota Cirebon secara perlahan mampu menurunkan kasus stunting.
Keberhasilan ini, menurutnya tidak lepas dari usaha Pemkot Cirebon dalam menerapkan sejumlah program strategis yang menyasar pada keluarga di seluruh kelurahan.
Salah satunya, yakni dengan memberikan akses bagi masyarakat untuk menjangkau bahan pangan bergizi yang murah. Sehingga anak-anak di Kota Cirebon memperoleh asupan gizi seimbang sejak usia dini.
“Upayanya banyak, salah satunya bagaimana kita memberikan akses makanan bergizi, bantuan pemberian makanan tambahan (PMT) dari Dinas Kesehatan, dan memastikan keluarga rawan stunting itu mendapatkan bantuan dari pusat maupun pemda,” ujar Suwarso.
Kebijakan untuk menurunkan angka stunting, kata Suwarso, bukan sekadar memberikan bantuan tertentu karena yang paling penting adalah mengubah cara pandang orang tua dalam memberikan asupan makanan bagi anak-anaknya.
Suwarso menekankan salah satu faktor penyebab terjadinya kasus stunting pada anak yaitu terletak pada pola asuh orang tua. Oleh karena itu Pemkot Cirebon secara rutin melakukan edukasi kepada keluarga terkait pentingnya memiliki pengetahuan untuk pemenuhan gizi anak.