"Saya tadi benar-benar tersentuh dengan lagu terakhir, kalau tidak salah judulnya 'Selamat Tinggal'. Itu bagus sekali, lagu yang memiliki lirik mendalam dan menandakan kehebatan sosok WR Soepratman," kata Sandiaga usai konser.
Menparekraf Sandiaga menyambut baik upaya pelestarian lagu-lagu WR Soepratman lewat konser Antea Putri Turk untuk memberikan inspirasi semangat kepahlawanan bagi generasi muda saat ini. Menurut dia, konser yang diinisiasi oleh Yayasan WR Soepratman itu merupakan pencapaian luar biasa istimewa pada peringatan Hari Pahlawan kali ini.
Lebih lanjut, Menteri Sandiaga mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus mendorong karya-karya generasi muda sekaligus berharap mereka dapat mengambil inspirasi dari sosok WR Soepratman yang berjuang untuk negeri melalui lagu-lagu patriotik dan melodi indah.
"Selain lagu Indonesia Raya versi asli 3 stanza, masih ada 14 lagu ciptaan WR Soepratman lainnya yang sangat patriotik dan indah. Saya sangat berharap agar generasi muda terinspirasi semangat kepahlawanan seorang WR Soepratman. Semoga kita mendapatkan inspirasi," papar Sandiaga.
Menyatukan kepingan kisah
Pada pergelaran "Peluncuran Album Lagu-lagu WR Soepratman" malam itu, Antea Putri Turk mendapatkan mandat untuk membawakan sebanyak lagu 12 buah peninggalan WR Soepratman, termasuk dua buah karya istimewa bertajuk "Indonesia Hai Iboekoe" dan "Indonesia Tjantik". Kedua karya tersebut mengacu pada deret syair dan lirik milik WR Soepratman dengan melodi ciptaan Antea sendiri.
Tanpa melalui proses berliku, Antea menciptakan melodi lagu “Indonesia Hai Iboekoe” yang berdurasi total sekitar 1 menit 50 detik pukul 10 malam pada 4 April 2023 silam. Adapun melodi lagu “Indonesia Tjantik” dengan nada dasar B flat, diciptakan Antea dengan mengacu pada lagu-lagu bernuansa keroncong era 1920-an.
Salah satu metode yang diterapkan oleh Antea dalam proses menciptakan melodi berbekal lirik WR Soepratman adalah dengan memandangi lekat-lekat sebuah poster besar bergambar sosok sang legenda di studio musik rumahnya. Dengan cara semacam itu, Antea mencoba membayangkan seperti apa jenis musik yang memengaruhi pemikiran seorang WR Soepratman. Selain menulis kembali lagu “Indonesia Hai Iboekoe” dan “Indonesia Tjantik”, Antea bersama Yayasan WR Soepratman juga berupaya mengenalkan kembali melodi asli lagu “Matahari Terbit” yang baru saja ditemukan dari buku koleksi keluarga.
“Melodi lagu itu ditulis oleh beliau, saya mendengarnya merasa seperti lagu Disney, lebih klasik. Lagu itu ditulis dalam bentuk not balok dan notasi bernomor. Lalu saya coba mainkan di piano agar tahu seperti apa nadanya. Ternyata, melodinya beda banget dari lagu yang asli yang selama ini semua orang tahu,” kata Antea dengan gaya berbahasa Indonesia yang sedikit kaku namun terbilang lancar.
Upaya mencari dan menggali kembali karya sang maestro yang diperkirakan berjumlah 15 lagu, bukannya tanpa aral. Sejak lima tahun lalu, pihak Yayasan WR Soepratman berupaya keras untuk menyatukan kepingan karya sang legenda yang terserak, tidak hanya di dalam negeri bahkan hingga ke Negeri Kincir Belanda.
Spektrum - Mengumandangkan nada WR Soepratman, menghunjamkan jiwa kebangsaan
Oleh Ahmad Faishal Adnan Minggu, 12 November 2023 11:00 WIB