“Kami coba meminta bantuan Kedutaan Besar RI di Belanda dan dua mahasiswa Indonesia yang sekarang belajar di Leiden untuk mencari lagu dan peninggalan lain WR Soepratman, namun tidak berhasil. Akhirnya, kami mencari dari buku dan koran-koran lama,” ujar Ketua Harian Yayasan WR Soepratman Dario Turk yang tak lain adalah ayah Antea.
Dario mengatakan bahwa sejak kali pertama datang ke Jakarta pada tahun 1987, dirinya melihat bahwa banyak hal yang telah mengubah kota tersebut. Dia merasa optimistis bahwa gelaran musik kali ini dapat membuat sosok WR Soepratman lebih dekat dengan masyarakat Indonesia.
“Tahun 1987 hanya ada sedikit mobil, banyak becak, Bajaj, dan bemo di Jakarta. Saya jadi dokter pertama yang jadi spesialis di bidang apa pun di Indonesia dan membuka jalan waktu itu. Semoga dengan konser kali ini, kami juga bisa membuka jalan untuk Yayasan WR Soepratman dan ahli waris agar masyarakat Indonesia lebih kenal dengan pahlawan yang terlupakan,” tegas dia.
Upaya pelurusan sejarah
Tidak hanya menghadirkan lantunan lagu-lagu karya WR Soepratman nan patriotik, perhelatan konser perdana Antea Putri Turk kali ini juga menjadi momentum tepat untuk meluruskan kembali sejarah yang bertalian dengan riwayat kehidupan sang pahlawan nasional.
“Sebanyak 90 persen informasi yang beredar di internet mengenai beliau adalah salah. Tempat lahirnya salah, sudah kami betulkan. Selain itu di Jakarta, tidak ada satu pun nama jalan, taman, atau patung WR Soepratman. Ini sedih sekali, kami bilang beliau adalah pahlawan yang terlupakan,” beber Dario Turk.
Pihak Yayasan WR Soepratman telah melakukan riset bersama beberapa pihak dan memiliki catatan hidup komposer itu yang ternyata lahir di Jatinegara Jakarta Timur pada 9 Maret 1903. Adapun salah satu informasi yang beredar luas selama ini mencatat bahwa WR Soepratman lahir pada 19 Maret 1903 di Purworejo, Jawa Tengah.
Dario Turk melanjutkan bahwa sebagai sosok yang paling dekat dengan masyarakat, sudah sepantasnya WR Soepratman sebagai penulis dan pencipta lagu kebangsaan mendapatkan pengakuan yang semestinya dari semua pihak.
“Ketika lagu ‘Indonesia Raya’ dinyanyikan, semua rakyat berdiri dan lagu itu menumbuhkan rasa kebangsaan yang begitu besar,” tegas Dario. Apa yang menjadi harapan Dario Turk dan Yayasan WR Soepratman, juga diamini oleh seniman legendaris kebanggaan Tanah Air Titiek Puspa. Titiek yang hadir dalam gelaran musik tersebut mengungkapkan penghormatan tertingginya terhadap sosok WR Soepratman yang berjuang pada zaman ketika proses membuat lagu dianggap sebagai hal sepele.