Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat menggencarkan operasi pasar murah dalam rangka menekan harga beras di pasaran dan mengendalikan inflasi, sehingga daya beli masyarakat tidak terganggu.
"Kami di daerah melakukan intervensi pasar murah dengan semua pihak terkait agar daya beli masyarakat tidak terganggu," kata Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon Iing Daiman di Cirebon, Rabu.
Iing menjelaskan harga beras di sejumlah pasar tradisional saat ini sekitar Rp13 ribu per kg, terutama untuk beras jenis medium.
Kendati begitu, kenaikan harga beras tersebut tidak berdampak cukup signifikan pada daya beli masyarakat meskipun sedikit terganggu.
Ia menuturkan operasi pasar murah selalu diadakan insidental, terutama ketika harga kebutuhan pokok sangat tinggi dan berlangsung pada waktu yang cukup lama.
"Memang harga beras lagi naik, dan menjadi salah satu kontributor untuk terjadinya inflasi. Kami kemarin sudah komunikasi dengan teman-teman Bank Indonesia memang harga beras secara nasional sedang naik," ujarnya.
Iing menyebutkan operasi pasar murah maupun langkah alternatif lainnya dilakukan bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Cirebon, khususnya melakukan intervensi untuk mengendalikan inflasi.
"Intervensi untuk mengendalikan inflasi bentuknya operasi pasar atau menjual beras SPHP dari Bulog. Saya lihat harga beras di pasaran masih Rp13 ribu per kg. Memang cukup signifikan juga eskalasinya," jelasnya.
Sementara Kepala BPS Kota Cirebon Aris Budiyanto menyebutkan angka inflasi di daerahnya sebesar 0,18 persen pada awal September 2023 atau 3,07 persen secara tahunan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,32.
Secara umum perkembangan harga komoditas di Kota Cirebon terpantau menunjukkan adanya kenaikan.
"Berdasarkan hasil pemantauan BPS pada September 2023 terjadi inflasi month to month (mtm) sebesar 0,18 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 113,12 pada Agustus menjadi 113,32 pada September 2023," katanya.
Jika merujuk dalam data bulan ini, kenaikan harga ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.
Sebagai contoh kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,41 persen atau terjadi kenaikan indeks harga dari 118,11 pada Agustus menjadi 118,59 pada September 2023.
"Kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,12 persen. Komoditas yang turut memberikan andil inflasi antara lain beras, rokok putih, air kemasan, pepaya, cabai rawit, wortel dan makanan ringan," ucap dia.