Dalam hal ini, publik dapat melihat contoh dari negara lain yang juga mengalami pemindahan ibu kota.
Setidaknya, hal itu yang diungkapkan pakar ekonomi yaitu Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara dan Eko Listiyanto selaku Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef).
Mereka sepakat pemindahan ibu kota tidak akan menggoyahkan pertumbuhan ekonomi dan kegiatan bisnis DKI Jakarta.
Salah satu contoh yang relevan adalah Amerika Serikat, yang memiliki dua kota utama yakni New York sebagai pusat keuangan dan Washington, D.C. sebagai pusat administratif pemerintah.
Meskipun perpindahan ibu kota dari New York ke Washington D.C., maka Washington tetap menjadi pusat administrasi, sementara New York tetap menjadi pusat finansial dunia.
Keduanya berkembang dan tetap menjadi pusat bisnis global dalam kapasitas mereka masing-masing.
Selain itu, Malaysia memiliki pengalaman serupa dengan pemindahan ibu kota dari Kuala Lumpur ke Putrajaya.
Kuala Lumpur tetap tumbuh sebagai pusat bisnis utama, sementara Putrajaya berfokus pada fungsi administratif.