Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Hissein Brahim Taha, Senin, mengutuk keras pembakaran Al-Quran yang terjadi di beberapa negara Eropa.
“Bapak Presiden mengutuk dengan keras bersama dengan Sekjen OKI pembakaran kitab suci Al-Quran tersebut dan beliau berdua sepakat bahwa Islamphobia harus diberantas,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi usai mendampingi Presiden Jokowi setelah pertemuan dengan Sekjen OKI di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Aksi pembakaran Al-Quran dalam beberapa waktu terakhir terjadi di Denmark dan Swedia. Pemerintah Denmark dan Swedia telah mengutuk pembakaran Al-Quran tersebut dan sedang mempertimbangkan undang-undang baru yang dapat menghentikan hal itu.
Selain menyangkut soal pembakaran kitab suci, Presiden Jokowi dan Sekjen OKI juga membahas sejumlah hal dalam pertemuan tersebut, seperti masalah akses pendidikan bagi perempuan dan anak-anak di Afghanistan. Sekjen OKI mengapresiasi Indonesia yang telah membantu perempuan dan anak-anak Afghanistan agar mendapatkan akses pendidikan.
Indonesia juga menyampaikan akan mengirim bantuan kemanusiaan ke Afghanistan berupa vaksin polio pada Agustus 2023 untuk memberantas wabah polio di negara tersebut.
“Sekjen OKI juga mengapresiasi peran aktif para ulama Indonesia. Kita berpartisipasi aktif dalam kunjungan ulama OKI ke Afghanistan tahun lalu dan tahun ini sudah direncanakan akan ada kunjungan ulama OKI yang kedua, yang Indonesia juga akan berpartisipasi,” ujar Retno.
Sekjen OKI, ujar Retno, juga memberikan apresiasi atas upaya-upaya Indonesia bagi kelompok Rohingya di kamp-kamp pengungsi maupun yang masuk ke wilayah Indonesia.
“Sekjen OKI mengharapkan agar Indonesia terus menyuarakan kepentingan Rohingya di dalam forum di ASEAN,” ujarnya.
Di kesempatan itu juga, OKI meminta Indonesia agar meningkatkan pemberian beasiswa untuk negara-negara Afrika.
Sementara itu, Presiden Jokowi juga mengungkapkan harapan agar OKI dapat terus menjadi institusi atau lembaga yang terdepan dalam memperjuangkan kepentingan dunia Islam.
"Dan tentunya posisi ini merupakan posisi yang sangat strategis bagi OKI dan diharapkan OKI dapat menjadi positive force di tengah situasi dunia yang banyak sekali ketidakpastian," ujar Retno.
Sebelumnya, Duta Besar RI untuk Swedia Kamapradipta Isnomo menyampaikan langsung protes keras Indonesia atas insiden pembakaran Al- Qur'an, ketika bertemu dengan Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom.Pertemuan itu berlangsung di Stockholm pada Jumat (4/8), atas undangan Billstrom kepada 21 duta besar negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), termasuk Indonesia.
"Saya sampaikan bahwa Indonesia mengutuk tindakan pembakaran Quran," kata Kama melalui pesan singkat kepada ANTARA, Sabtu.
Menurut dia, berkaca dari pengalaman di Indonesia, masalah ini harus dihadapi dan melibatkan seluruh komponen masyarakat, seperti tokoh agama, masyarakat dan nasional, sehingga tidak hanya pemerintah.
Kama mendesak pemerintah Swedia agar mengambil langkah segera guna mengubah citra Stockholm yang telah dirusak oleh aksi pembakaran dan penistaan kitab suci Muslim tersebut.
"Saya juga mendorong Swedia untuk terlibat intensif dengan para menteri luar negeri negara anggota OKI dalam Sidang Majelis Umum ke-78 PBB bulan depan," tutur dia.
Merespons aspirasi para dubes OKI, Billstrom menjelaskan langkah dan upaya pemerintah Swedia dalam menangani aksi penistaan Al-Qur'an dengan tanpa mengubah konstitusi Swedia yang menjamin hak kebebasan berekspresi dan berkumpul.
Swedia juga disebutnya sedang mengkaji peraturan Public Order Act, yang dapat memberikan wewenang kepada polisi untuk tidak memberikan hak demonstrasi dengan pertimbangan keamanan, meskipun izin demonstrasi sudah diberikan oleh pengadilan.
Pemerintah Swedia, kata Kama, juga berjanji untuk terus berkomunikasi intensif dengan para menlu OKI guna menjelaskan perkembangan di dalam negeri mengenai tindak lanjut kasus ini.
"Sekali lagi Swedia memandang pembakaran Quran sebagai tindakan ofensif dan tidak terpuji," kata Kama, merujuk pernyataan Billstrom.
Namun, hingga kini memang belum ada perubahan kebijakan atau tindakan nyata pemerintah Swedia untuk menangani isu ini, kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jokowi kutuk keras pembakaran Al-Quran di beberapa negara Eropa