Tepat di depan deretan foto itu diletakkan setidaknya empat kain batik, yakni Batik Puger, Batik Soloan, Batik Sawat Rangduan dan Batik Lasem yang kini sudah tidak diproduksi lagi.
Menurut Supervisor Batik Trusmi Widi, pada zaman dahulu keempat batik itu dibuat dengan warna yang amat halus karena menggunakan pewarna alami. Namun jika dibuat pada masa kini, proses produksi bisa memakan waktu yang lebih lama dan menghambat distribusi karena pewarnaannya juga menggunakan campuran sedikit bahan kimia, supaya banyak kain bisa diselesaikan dalam satu waktu.
Kemudian supaya lebih mudah dipahami pengunjung, berbagai alat membatik, mulai dari pola batik cap, berbagai jenis canting, lilin batik, wajan, dingklik sampai gawangan dipamerkan dengan nuansa khas Jawa.
Masih dalam ruangan yang sama pengunjung dapat berswafoto ria bersama keluarga di sejumlah spot foto yang disediakan, misalnya pada ruang topeng khas Cirebon, ruang batik 3D hingga berfoto bersama tokoh wayang terkenal.
Selain itu pengunjung juga diajak mempelajari batik langsung dengan menggunakan canting dan pola yang disediakan.
Mempelajari kisah batik Nusantara tentunya akan membuat perut keroncongan, saking serunya. Tetapi tenang saja, pengunjung bisa membeli beraneka jenis oleh-oleh, seperti pie isi pisang atau apel, bolu batik dengan aroma yang amat wangi, hingga kerupuk “melarat” yang digoreng menggunakan pasir.