Sambil memilih, pastinya pengunjung bisa melihat secara langsung bagaimana proses kerupuk itu dibuat hingga matang. Toko batik ini pun sudah mempunyai fasilitas bernama Batik Kitchen yang menyediakan makanan khas Kota Cirebon, seperti empal gentong atau empal asem. Di sudut ruangan disediakan pula tiga kursi pijat untuk pemudik.
Pembatik lokal
Keseruan dari mengunjungi Kawasan Wisata Batik Trusmi lainnya adalah melihat dan berkenalan langsung dengan 17 orang pembatik serta tiga pengecap kain. Para pembatik itu mayoritas memang warga yang tinggal di Desa Trusmi, sebuah desa yang secara turun temurun menjadi pembatik.
Mereka bekerja di dalam sebuah ruangan luas yang menyebarkan diri menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, yakni para pengecap, menempati sudut ruangan depan di dekat rak kain katun, dobi, dan viscose.
Ketiga pengecap itu setidaknya sudah bekerja selama lebih dari 10 tahun. Kata pengecap bernama Soleh, mereka bekerja dari hari Senin sampai Sabtu pada pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Soleh mengatakan pengecap identik dengan cap berbagai pola, cetakan karet dan spidol. Kepada ANTARA ia memperlihatkan proses pembuatan kain batik cap, harus dimulai dengan menggambar garis terlebih dahulu.
Setelahnya, barulah pola cap yang sudah direndam ke dalam panci berisikan lilin mendidih berwarna hitam pekat ditempelkan pada kain, dengan maksud supaya corak lebih tersusun rapi dan menempel baik.
Di sudut ruangan lainnya ditempati oleh pembatik yang lihai mengukir macam-macam pola menggunakan canting. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan kepercayaan diri karena pola yang diukir pastilah tidak akan sama antara satu dengan yang lainnya.
Barulah di tengah ruangan ditempati oleh pembatik cap. Erwati, seorang pembatik mengatakan dalam satu hari dirinya bisa membuat lima helai kain batik cap. Satu kain memakan waktu satu hingga satu setengah jam. Dengan durasi kerja mulai dari pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB.