Tasikmalaya (ANTARA) - Persoalan sampah masih menjadi perhatian serius setiap daerah, termasuk Kota Tasikmalaya yang berpenduduk lebih dari 700 ribu orang itu.
Karena setiap kota memiliki karakteristik penduduk dan wilayah yang berbeda, maka masing-masing pemda memiliki cara tersendiri untuk mengatasi sampah. Ada yang mengeluarkan larangan penggunaan kantong plastik saat berbelanja di supermarket atau minimarket. Ada pula yang membangun pembangkit listrik tenaga sampah di TPA.
Ada pula yang menerapkan keharusan pemilahan sampah organik dan bukan organik di hulu sampai hilir. Semua ini dilakukannya sebagai cara untuk mengatasi masalah sampah.
Pemerintah Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, memiliki banyak jurus untuk mengatasi masalah sampah. Sebagai kota maju di wilayah Priangan Timur, Tasikmalaya juga itu dihadapkan peliknya persoalan sampah.
Sejak Pemkot Tasikmalaya dipimpin oleh Penjabat Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah pada November 2022, sejumlah kiat untuk mengatasi persoalan sampah dikeluarkan, misalnya, program yang melibatkan pengusaha maggot.
Program itu untuk mengurangi volume sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, Tasikmalaya, yang diangkut hingga 210 ton/hari.
Keberadaan pengusaha maggot itu bisa membantu membereskan sampah organik sebanyak 10 ton per harinya. Program kerja sama itu sudah dimulai sejak 25 Desember 2022.
Cara kerja program itu, petugas kebersihan di lapangan memilah sampah organik, selanjutnya pengusaha hanya tinggal mengambilnya untuk diolah dalam budi daya maggot.
Tahap awal dalam kerja sama dengan pengusaha maggot itu sebanyak 10 ton sampah organik setiap hari. Artinya, cara ini bisa menyelesaikan 10 ton sampah agar tidak diangkut ke TPA Ciangir.