Ibu Fatmawati juga mengerti hati dari masyarakat. Itu sebabnya, ibu-ibu pada saat itu dekat dengan Ibu Fatmawati. Mereka berbicara banyak hal, mulai dari isu nasional, kesehatan hingga perempuan dan anak.
Dalam kesehariannya, Fatmawati kerap menggunakan baju kebaya yang tidak hanya berasal dari Sumatera dan Jawa saja, tetapi juga menggunakan pakaian adat Bugis, yakni baju bodo dari Sulawesi Selatan. Fatmawati mulai memopulerkan penggunaan baju tersebut pada era 1960-an.
Ibu Fatmawati bisa bergaul lintas usia dan menyukai masyarakat. Perempuan itu mau diajak bicara dan mendengarkan cerita dari masyarakat.
"Beliau memiliki empati yang tinggi sekali,” kata Halida, mengenang.
Fatmawati meninggal dunia akibat serangan jantung sepulang umrah saat transit di Kuala Lumpur pada 14 Mei 1980 dan dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Fatmawati ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres No 118/TH/2000 pada era Presiden Abdurrahman Wahid. Belum lama ini, rumah Fatmawati yang terletak di Jalan Sriwijaya Raya Nomor 26 Kelurahan Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, juga ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Nomor 1207 Tahun 2022 yang ditandatangani pada 27 Desember 2022.
Selain di Jakarta, Fatmawati juga memiliki rumah asli di kota kelahirannya di Bengkulu yang berada di tempat yang saat ini sudah menjadi kantor BNI Cabang Utama Bengkulu. Rumah itu lokasinya berada tak jauh dari museum Fatmawati Soekarno.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 100 tahun Fatmawati, bukan sekadar penjahit bendera pusaka