Dana itu yang digunakan untuk membangun rumah sakit Ibu Soekarno (saat ini bernama RSUP Fatmawati) yang berada di Cilandak, Jakarta Selatan. Rumah sakit itu tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Bukan hanya untuk yang menderita penyakit paru-paru, tetapi juga untuk menangani pasien yang patah tulang.
Cucu Fatmawati, Puti Guntur Soekarno, mengatakan Fatmawati merupakan sosok yang berani dan progresif pada masa memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Ia adalah seorang perempuan tidak hanya berdiam diri menunggu apa yang diinginkan oleh suami, tetapi harus memiliki satu ide dan kemauan di dalam mendampingi suaminya.
Bakat seni
Sejarawan Asvi mencatat sejak kecil Fatmawati sudah memiliki bakat seni. Selain piawai dalam membaca Alquran dan menyanyi, Fatmawati juga berperan dalam sandiwara yang dibuat oleh Bung Karno saat menjalani pengungsian di Bengkulu.
Tak hanya itu, Fatmawati juga piawai dalam memainkan alat musik, seperti piano dan mandolin, menari, serta menciptakan lagu. Bakat tersebut kemudian diketahui bersama menurun pada anak-anaknya.
Putri dari Wakil Presiden Mohammad Hatta, Halida Hatta, mengenang Fatmawati sebagai sosok perempuan yang memiliki prinsip yang teguh dan tak bisa digoyahkan.
Fatmawati dinilai sebagai seorang ibu yang holistik, perempuan yang bisa berdaya dan memberdayakan diri, dan menaruh perhatian besar perkembangan kesenian, kemajuan Indonesia dan piawai serta mampu berkomunikasi dengan berbagai kalangan.
Halida mengenang Fatmawati sebagai sosok dengan ingatan yang kuat, senang dengan sejarah dan identik dengan warna cerah. Bahkan, setiap bertemu dengan warna fuchsia (campuran merah dan ungu), Halida selalu terkenang dengan Fatmawati.
Hal itu dikarenakan Fatmawati sering menggunakan baju bodo dari Sulawesi Selatan dan menyukai warna yang cerah. Sehingga orang yang berada di dekatnya merasa hangat dan dicintai.