New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak naik lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah kepala bank sentral AS meredakan kekhawatiran pasar atas kenaikan suku bunga, sementara pemulihan permintaan di China juga mendorong harga.
Minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret terangkat 3,03 dolar AS atau 4,1 persen, menjadi menetap di 77,14 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April bertambah 2,70 dolar AS atau 3.3 persen, menjadi ditutup pada 83,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada Selasa (7/2/2023) bahwa data pekerjaan yang sangat kuat yang dirilis minggu lalu hanya menegaskan bahwa bank sentral memiliki beberapa cara untuk menaikkan suku bunga.
Sementara menolak untuk mengatakan apakah mengetahui tentang kekuatan data akan mempengaruhi kenaikan suku bunga 25 basis poin minggu lalu, Powell mengatakan kepada Economic Club of Washington bahwa angka pekerjaan Januari menunjukkan "mengapa ini akan menjadi proses yang memakan waktu lama" terkait pengetatan kebijakan moneter.
Indeks dolar AS turun setelah data tersebut, menaikkan harga minyak. Kenaikan suku bunga biasanya memperkuat dolar, yang bisa membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli non-AS.
Perkiraan permintaan yang lebih kuat di China juga mengangkat harga minyak mentah pada Selasa (7/2/2023). Badan Energi Internasional memperkirakan setengah dari pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini berasal dari China, kata ketua lembaga tersebut pada Minggu (5/2/2023), menambahkan bahwa permintaan bahan bakar jet melonjak.
Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, menaikkan harga minyak mentah andalannya untuk pembeli Asia buat pertama kalinya dalam enam bulan di tengah ekspektasi pemulihan permintaan, terutama dari China.
Harga minyak melonjak karena Powell redakan kekhawatiran kenaikan suku bunga
Rabu, 8 Februari 2023 5:53 WIB