Lebih jauh Mendag menjelaskan perbedaan karakteristik buah mangga dan regulasi menjadi kendala ekspor. Saat ini Indonesia berada pada posisi ke-21 dari urutan negara pengekspor mangga di dunia.
“Hal itu perlu menjadi fokus kita bersama bagaimana untuk dapat meningkatkan ekspor mangga dari Indonesia,” ujar Mendag.
Sementara itu Kolaborasi riset yang dilakukan oleh Institut Pembangunan Jabar Universitas Padjadjaran (Injabar Unpad) bersama Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian menunjukkan produk mangga Indonesia bebas dari lalat buah yang mengandung bakteri.
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Keri Lestari dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, mengatakan Unpad dan Kementan telah meriset 2.800 lalat buah yang hinggap pada mangga, dan hasil riset menunjukkan tidak ada bakteri lalat yang menempel pada buah.
"Sehingga tidak perlu takut apalagi panik dalam melakukan proses ekspor mangga ke luar negeri, dalam hal ini Jepang," kata Keri.
Menurut Keri, bactrocera occipitalis hanya ditemukan di wilayah hutan belantara Kalimantan Utara. Di sana, lalat tersebut hinggap pada beberapa buah mangga saja. Sedangkan produk mangga yang ada di Indonesia bebas dari bakteri dan merupakan varietas unggul siap ekspor.
Penelitian ini dilakukan sejak bertahun-tahun lalu dengan melibatkan berbagai pihak termasuk beberapa perusahaan agribisnis dan Barantan Kementan.
"Dari semua riset yang kita lakukan, ada sekitar 2800-an lalat buah yang sudah kami teliti. Hasilnya 14 lalat buah dicurigai sebagai bactrocera. Itu pun adanya di hutan Tarakan dan jauh dari pemukiman. Dari sisi jumlah tidak banyak," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mendag optimis mangga asli RI bakal jadi primadona masyarakat dunia