Selain terkait intoleransi, radikalisme dan terorisme, tingkat kesopanan netizen Indonesia hari ini dinilai paling terendah di Asia Pasifik pun harus menjadi perhatian.
"Di mana banyak informasi hoaks yang sulit dibendung, juga tingkat kesopanan yang cenderung mulai terkikis," ujar Dedi Supandi.
Pihaknya sudah menerapkan kurikulum Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme dan kurikulum Anti Korupsi. Serta membentuk sekolah sekolah toleran, yang di dalamnya diajarkan kepada siswa dan siswi agar mampu memilah berita hoaks.
Baca juga: Disdik Jabar targetkan semua SMK jadi sekolah ramah anak
Termasuk dengan menggulirkan program Tujuh Harkat. Tujuh Harkat ini dikemas dengan tema-tema praktek baik yang setiap hari berbeda. Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Ahad, diisi dengan praktik baik khas.
"Misalnya di hari Senin, kita membuat lebih kepada karakter wawasan kebangsaan, Selasa bela negara, Rabu budaya lokal, Kamis cerita soal internasional jumlah tentang agama dan termasuk bagaimana menghargai orang tua,” katanya.
Dedi menegaskan, agar terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang lebih baik maka pembumian Pancasila pada pelajar mesti terus ditekankan.
“Kita juga menerapkan paham ini sampai ke tingkat SD dan SMP. Bahkan di tingkat SD pola pola membumikan Pancasila dibentuk dalam permainan permainan yang sifatnya tradisional,” kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lemhanas: Wawasan kebangsaan pendidikan di Jabar laik ditiru