Pengasuhan
Tulisan ini tidak ingin terjebak pada penghakiman mengenai praktik pendidikan di pondok pesantren, karena tidak semua lembaga pendidikan berasrama itu menganut sistem yang sama.
Ulasan ini betul-betul berangkat dari niat tulus dan bentuk kepedulian pada lembaga pendidikan berbasis keagamaan itu agar tidak lagi mengecewakan para orang tua yang menggantungkan harapan besar, yakni saat anaknya dimasukkan pondok, kelak menjadi orang yang berilmu sekaligus berakhlak mulia.
Tulisan ini juga tidak hendak menggarami lautan, dimana pengelola pondok telah memiliki pengalaman bertahun-tahun mendidik santri dan berhasil.
Hanya saja, tidak pernah ada konsep dan penerapan dari konsep itu yang sempurna. Konsep dan praktiknya meniscayakan "kelenturan" untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Karena alasan itu, maka kurikulum pendidikan setiap periode juga selalu berganti.
Menanggapi kasus kematian santri di Gontor, Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur meminta lembaga pendidikan, baik di pesantren maupun umum, untuk mengevaluasi pola pengasuhan antara senior dengan yunior itu. Kasus di Gontor ini hendaknya menjadi pelajaran bersama bagi semua pesantren terkait hubungan senior-yunior.
Pola pengasuhan senior pada yunior di sejumlah pondok pesantren, bukan sekadar mendidik yunior agar mematuhi segala aturan di lembaga pesantren. Dengan tujuan melatih kepemimpinan dan tanggung jawab, biasanya para senior di sebuah pesantren ditetapkan sebagai semacam "wali asuh" bagi santri-santri yunior. Dengan sistem seperti itu, para santri dilatih memikul tanggung jawab untuk mendidik orang lain.
Para wali asuh itu biasanya dari santri yang sudah lulus pendidikan formal setingkat SMA atau santri berstatus mahasiswa. Beberapa santri senior itu ada yang tidak melanjutkan kuliah, namun masih bertahan di pondok karena mendalami kitab-kitab tertentu yang belum tuntas saat di pendidikan sebelumnya.
Sebagai pengasuh dengan kondisi kejiwaan yang belum bisa dikatakan stabil penuh, para wali asuh ini juga memikul beban dan persoalannya sendiri. Bisa jadi beban itu berasal dari tugas belajarnya untuk mendalami kitab atau materi pelajaran dari kampus. Atau sangat mungkin si senior yang pada ranah psikologi masuk ke dalam golongan remaja akhir ini, juga memikul beban jiwa dari keluarganya di kampung. Dengan beban dan kejiwaan yang masih belum mapan inilah, para senior itu berpotensi untuk "melampiaskan" bebannya pada anak-anak asuh alias yuniornya yang dinilai menyimpang.
Spektrum - Pola pengasuhan sebaya dan meninggalnya santri Pesantren Gontor
Oleh Masuki M. Astro Rabu, 7 September 2022 20:02 WIB