Menurut dia kegiatan ini juga sebagai tindak lanjut dari upaya pembinaan yang dilakukan Pemkab Sampang.
Pada pelatihan perdana ini, warga diajari mengolah makanan dari ubi-ubian menjadi kripik dan beragam jenis makanan ringan lainnya.
"Selain karena atas permintaan warga, pelatihan mengolah makanan dari ubi-ubian ini juga karena potensi jenis makanan tersebut banyak di lokasi setempat," katanya.
Ia menjelaskan, selanjutnya Pemkab Sampang akan memberikan pendampingan tentang teknik pemasaran dan pengurusan izin usaha, sehingga jenis usaha warga legal dan bisa dijadikan agunan untuk mengajukan pinjaman modal usaha kepada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya.
Konflik antara Syiah dan Sunni telah berakhir damai, setelah semua pengikut Syiah berbaiat untuk kembali memeluk ajaran Islam Sunni pada November 2020.
Konflik bernuansa SARA antara Syiah dan Sunni di Sampang, Madura, Jawa Timur itu terjadi pada tahun 2012 hingga akhirnya para korban ini diungsikan di Rusunawa, Jemondo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Komunitas Syiah Sampang ini diusir dari kampung halaman mereka di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Blu`uran, Kecamatan Karang Penang, Sampang oleh sekelompok massa anti-syiah, lantaran berbeda paham dengan mayoritas penganut Islam di wilayah itu.
Sebelum diungsikan ke Sidoarja, korban penyerangan kelompok anti-Syiah ini terlebih dahulu diungsikan oleh Pemkab Sampang ke Gedung Olahraga (GOR) Wijaya Kusuma.
Atas desakan kelompok mayoritas, maka pada 20 Juni 2013, kelompok Islam Syiah ini akhirnya dipindah ke Rusunawa, Jemondo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Pemerintah Kabupaten Sampang sebelumnya menyatakan, pengungsian kelompok Islam minoritas di Sampang ke Sidoarjo itu, hanya sementara, namun baru teratasi pada April 2022 setelah sebelumnya kelompok ini berbaiat untuk kembali ke ajaran Islam Sunni.