Cianjur (ANTARA) - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memprioritaskan pembangunan kembali gedung sekolah yang rusak dan ambruk akibat dimakan usia pada tahun depan, mengingat hingga saat ini ada ratusan bangunan SD di sejumlah kecamatan tidak dapat digunakan.
Sekretaris Disdikpora Kabupaten Cianjur, Rudiansyah di Cianjur Kamis, mengatakan, 148 bangunan sekolah SD yang tersebar mulai dari wilayah utara hingga selatan dilaporkan rusak sejak dua tahun terakhir tepatnya selama proses belajar mengajar dilakukan secara online karena pandemi COVID-19.
Baca juga: Disdikpora Cianjur luncurkan program sekolah gratis tekan angka putus sekolah
"Kami juga mendapat laporan sekitar 400 ruangan kelas rusak mulai dari sedang hingga berat, sehingga tahun depan kami akan memprioritaskan pembangunan sekolah yang rusak terutama yang ambruk," katanya.
Ia menjelaskan, untuk memperbaiki ratusan bangunan sekolah yang rusak dibutuhkan anggaran yang ditaksir mencapai Rp40 miliar. Saat ini sudah dilakukan pemetaan sekolah yang membutuhkan perbaikan dan pembangunan, termasuk pemetaan anggaran dari APBD sisanya dari DAK dan DAU.Ditargetkan sebelum akhir tahun pemetaan sudah selesai dan pembangunan serta perbaikan sekolah yang rusak dapat dilakukan pada awal tahun 2023, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak sampai terganggu seperti yang terjadi di Kecamatan Cikalongkulon.
Tiga ruangan kelas milik SDN Sukagalih di Desa Sukagalih, Kecamatan Cikalongkulon, sejak lima tahun terakhir rusak, akibatnya puluhan siswa terpaksa belajar di luar ruangan, yakni di halaman sekolah guna menghindari hal yang tidak diinginkan karena bagian atap dan dinding ruangan rawan ambruk.
Baca juga: Bupati Cianjur akan copot jabatan kepala sekolah terbukti sering bolos
Kepala Sekolah SDN Sukagalih, Wiwi Ruhiana, mengatakan, puluhan murid yang terdiri dari kelas 4, 5 dan 6 sudah menjalani proses belajar mengajar di luar ruangan sejak beberapa bulan terakhir, bahkan tidak jarang mereka harus libur karena hujan deras.
"Kami berharap mendapat kepastian dari dinas karena sudah tiga kali ganti kepala sekolah bangunannya belum mendapat perbaikan. Kasihan siswa didik sejak tahun ajaran baru terpaksa belajar di lapangan atau mushalla yang kondisinya juga sudah rusak," katanya.