Jakarta (ANTARA) - Sentuhan lembut beriring dengan tatapan teduh dari seorang ibu menghantarkan rasa hangat kepada siapa pun yang menerimanya.
Hangat yang menenangkan hati kala gundah melanda, juga hangat yang memberi rasa aman ketika rasa takut mengusik benak. Perasaan itulah yang Iriana Joko Widodo berikan kepada para korban peperangan Rusia dan Ukraina.
Kehadiran Iriana, selaku Ibu Negara Republik Indonesia, merupakan surat terbuka bagi dunia bahwa Indonesia menginginkan perdamaian.
Di tengah teror dan rasa takut yang mendominasi Kyiv dan di antara puing-puing bangunan yang tak lagi menjadi tempat aman untuk bernaung dan beristirahat, Iriana tanpa ragu memijakkan kaki di sana. Ia mendampingi sang suami, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, dalam satu misi yang sama, yakni perdamaian dunia.
Sebagaimana pandangan Wakil Koordinator Maju Perempuan Indonesia Titi Anggraini, kehadiran Iriana merupakan simbol keberpihakan kepada mereka yang menjadi korban perang, khususnya perempuan dan anak.
Kehadiran Ibu Negara sebagai seorang perempuan membawa pesan kemanusiaan yang kuat bahwa perang secara langsung mengorbankan perempuan dan anak.
Tak dapat dipungkiri, kelompok yang paling terdampak oleh perang adalah perempuan dan anak; mulai dari kehilangan nyawa, mengalami kecacatan, kehilangan tempat tinggal, terpisah dari keluarga, hingga trauma psikologis yang berkepanjangan.
Kehadiran Iriana Jokowi jadi surat terbuka untuk perdamaian dunia
Sabtu, 2 Juli 2022 18:06 WIB