Lebih dari itu, perempuan dan anak juga rentan mengalami eksploitasi untuk ikut berperang dan bahkan mengalami penyiksaan fisik hingga kekerasan seksual.
Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, tidak akan bungkam ketika melihat derita yang melanda setiap insan di bumi ini. Oleh karenanya, Iriana mengambil risiko untuk ikut mendampingi Presiden Jokowi ke negara yang sedang berperang.
"Kalau bukan dilatarbelakangi misi perdamaian dan solidaritas berdasar perikemanusiaan yang beradab, tentu beliau tak akan mengambil pilihan seperti itu," tutur Titi Anggraini.
Perempuan dan perdamaian
Kehadiran Iriana juga menjadi simbol bahwa perempuan memiliki nilai unggul untuk membangun pendekatan persuasif kepada para pihak yang tengah bertempur.
Terlepas dari risiko perang yang harus ia hadapi kala menjejakkan kaki di Ukraina, Iriana juga melawan stigma yang mengesankan urusan perdamaian di tengah peperangan lebih baik diperankan oleh laki-laki.
Pendekatan etis dan humanis ala perempuan yang ditunjukkan oleh Iriana saat bertemu perempuan korban perang di Ukraina merupakan bukti bahwa perempuan juga memiliki peranan penting dalam mewujudkan perdamaian di tengah peperangan.
Melihat kembali ke berbagai capaian perempuan yang berhasil mengguratkan sejarah dunia, Titi mengungkapkan bahwa sudah banyak perempuan yang mumpuni dalam membangun perdamaian dunia.
Kehadiran Iriana Jokowi jadi surat terbuka untuk perdamaian dunia
Sabtu, 2 Juli 2022 18:06 WIB