Rusia, pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi, mengekspor sekitar 3 juta barel per hari minyak mentah ke negara-negara OECD Eropa.
"Pasar minyak tidak siap menghadapi guncangan pasokan seperti itu karena persediaan berada di level terendah multi-tahun," kata analis ANZ Research dalam sebuah laporan.
Baca juga: Harga minyak catat hari terburuk sejak pandemi, UEA serukan naikkan produksi
Dalam waktu dekat, kesenjangan pasokan tidak mungkin diisi oleh produksi tambahan dari anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, mengingat Rusia adalah bagian dari pengelompokan tersebut, kata analis Commonwealth Bank, Vivek Dhar.
“Mereka benar-benar terikat secara politis oleh struktur itu,” katanya.
Selain itu, beberapa produsen OPEC+, termasuk Angola dan Nigeria, telah berjuang untuk memenuhi target produksi mereka, yang semakin membatasi kemampuan grup untuk mengimbangi kehilangan pasokan Rusia.
Commonwealth Bank memperkirakan Brent akan mencapai rata-rata 110 dolar AS pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini, tetapi juga melihat harga berpotensi naik setinggi 150 dolar AS dalam jangka pendek.
“Semuanya sangat tidak pasti. Sangat sulit untuk keluar dengan sebuah pandangan,” kata Dhar.
Harga minyak merangkak naik tapi menuju penurunan mingguan yang tajam
Jumat, 11 Maret 2022 10:18 WIB