Kota Bogor (ANTARA) - Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim dan Ketua DPRD setempat Atang Trisnanto kompak melakukan inspeksi dadakan (sidak) mengenai ketersediaan tempe dan tahu di Pasar Baru Bogor, Kamis siang.
Dalam sidaknya, Dedie Rachim bersama Atang Trisnanto mendatangi pasar sayur di Pasar Baru melihat-lihat toko dan lapak pedagang di dalam gedung lantai bawah pasar itu.
Tepat di bawah tangga keduanya melihat telah tersedia tempe tahu mulai dijual kembali pedagang, namun sedang tidak dijaga penjualnya.
Bergeser ke lapak lain agak ke dalam gedung, nampak lapak tempe tahu di tengah-tengah.
Dedie Rachim berdialog dengan seorang penjual untuk mendapatkan keterangan soal dagangannya itu.
Hasilnya, ia mendapati tempe sudah kembali dijual pedagang dengan harga Rp13.000 setelah sebelumnya menurut tinjauan Dinas Koperasi, UKM Perdagangan dan Perindustrian (DiskopUKMdagin) Kota Bogor sempat naik menjadi Rp15.000 untuk ukuran lebih kurang 1 kilogram.
Sementara itu, kini meski harganya kembali Rp13.000 kepada Dedie Rachim pedagang menyampaikan ukurannya menjadi sedikit mengecil.
"Jadi ada, ini ada dijual. Hanya ukurannya mengecil, ini mekanisme pasar. Jadi tolong media beritakan yang tidak membuat resah," ujarnya kepada wartawan.
Di sisi lain, Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto yang mendampingi Dedie Rachim berkeliling mengecek harga tempe tahu di Pasar Baru Bogor mengungkapkan pandangannya.
Sebelum menurutkan pendapatnya kepada media, Atang tak kalah gesit bertanya kepada pedagang mengenai ketersediaan stok tempe tahu yang mereka jual.
Hasil dialognya, menurut Atang, kondisi harga kedelai yang mengalami kenaikan memang akan berdampak pada kesejahteraan perajin tempe tahu sehingga mengecilkan ukuran produknya agar laku dijual.
Hal ini karena ada penurunan produksi kacang kedelai di Amerika Serikat yang menyebabkan kenaikan harga bahan pokok tempe tersebut.
Atang menyarankan agar pemerintah membuka komunikasi dengan negara importir lain seperti Brazil dan Argentina.
"Harusnya ini bisa diantisipasi. Tata niaga itu gampang kok, jika produksi akan melimpah, jika tidak produksi akan menurun," kata Atang.