Jakarta (ANTARA) - Koleksi keanekaragaman hayati Indonesia bertambah dengan tujuh jenis jenis tumbuhan yang menjadi temuan baru peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di penghujung tahun 2021.
“Dengan ditemukannya jenis baru ini, keanekaragaman hayati Indonesia bertambah. Penemuan ini juga memberikan informasi terkait kekayaan biodiversitas Indonesia dan mendukung penelitian lebih lanjut terkait pemanfaatannya secara berkelanjutan,” ujar Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya BRIN Sukma Surya Kusumah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: 8 spesies tumbuhan jadi penemuan baru dua peneliti LIPI di 2020
Peneliti dari Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya BRIN berhasil menemukan tujuh jenis baru tumbuhan yang mayoritas tergolong sebagai tanaman hias. Adapun ketujuh jenis baru tersebut yaitu Hoya batutikarensis, Hoya buntokensis, Dendrobium dedeksantosoi, Rigiolepis argentii, Begonia robii, Begonia willemii dan Etlingera comosa.
Selain itu, mereka juga menemukan subspesies mataromeoense sebagai sub spesies Zingiber ultralimitale.
Surya mengatakan Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (OR IPH) melalui Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya akan terus berupaya melakukan eksplorasi dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan dari habitat alaminya yang sejalan dengan rumah program OR IPH terkait dengan konservasi tumbuhan terancam kepunahan terkonservasi.Deskripsi tumbuhan
Begonia robii merupakan endemik dari Pulau Sumatera yang memiliki karakter batang yang menyerupai rimpang, dengan daun sangat asimetris dan kombinasi antara warna hijau sebagai dasarnya dan merah keunguan pada bagian tengahnya tepat di antara pertulangan dan daun sekundernya. Jenis tersebut memiliki corak warna daun yang sangat atraktif, dan sangat berpotensi menjadi tanaman hias.
Baca juga: Kebun raya Bogor pamerkan puluhan tumbuhan jenis baru
Sementara Begonia willemii merupakan jenis tumbuhan endemik Pulau Sulawesi yang ditemukan pada habitat perbukitan kapur dataran rendah, tumbuh merayap pada bongkahan batu kapur atau menempel secara vertikal pada dinding-dinding batu karst (kapur). Jenis tersebut dikoleksi dari wilayah hutan di Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah, dan merupakan hasil kolaborasi peneliti BRIN dengan peneliti dari Singapore Botanic Gardens Daniel C Thomas.
Peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Wisnu Handoyo Ardi mengatakan, Begonia merupakan salah satu marga tumbuhan berbunga yang terbesar. Saat ini diketahui terdapat 2.052 jenis Begonia yang tersebar di kawasan pantropis dunia, dan Indonesia diperkirakan sebagai salah satu wilayah pusat kekayaan Begonia khususnya di Kawasan Asia tenggara yang saat ini memiliki sebanyak 243 jenis.
“Upaya konservasi dan pengungkapan jenis-jenis baru Begonia secara aktif dilakukan oleh BRIN dan saat ini telah berhasil melakukan konservasi terhadap lebih dari 100 jenis Begonia yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia,” ujar Wisnu yang juga meyakini jumlah temuan baru akan bertambah seiring semakin banyak hutan-hutan Indonesia yang terjelajahi.
Rigiolepis argentii merupakan tumbuhan semak berkayu yang termasuk ke dalam anggota suku Ericaceae. Jenis ini ditemukan dan dikoleksi pada saat kegiatan eksplorasi Begonia Sulawesi pada tahun 2018-2019 di wilayah Kabupaten Enrekang dan Toraja Utara, tepatnya di perbukitan Eran Batu dan Gunung Sesean.Sebelumnya Sulawesi diketahui hanya memiliki satu jenis saja, yaitu Rigiolepis henrici. Namun pada tahun 2021 ditemukan jenis baru kedua, yaitu Rigilepis argentii yang dideskripsi oleh peneliti dan staf Pengajar Universitas Samudra Langsa Aceh Wendi A. Mustaqim dan peneliti dari Pusat Riset Konservasi Tanaman dan Kebun Raya Wisnu Handoyo Ardi.
Rigiolepis argentii dinyatakan sebagai jenis baru karena memiliki kombinasi karakter morfologi yang berbeda dari seluruh jenis Rigiolepis di Indonesia khususnya dengan jenis yang paling mirip yakni Rigiolepos moultonii. Karakter tersebut ditandai dengan adanya rambut-rambut persisten pada permukaan atas daun, sedangkan daun gantilan bunga terdapat pada bagian bawah tangkai bunganya, tabung kelopak yang berbentuk cawan, tangkai sari yang lebih panjang dan buah yang berbentuk copular.
Sedangkan Etlingera comosa merupakan endemik Sulawesi yang merupakan hasil eksplorasi di pegunungan Tentena, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Karakter pembedanya adalah rambut berumbai pada pelepahnya, ligula daun yang asimetris dan bercangap, daun pelindung bunga berambut lebat, tangkai sari yang panjang dan kotak sari yang berukuran lebih pendek dibandingkan jenis terdekatnya yaitu Etlibgera sublimata.
Baca juga: Ikhtiar menjaga kesehatan dengan tumbuhan tradisional saat pandemi