Jakarta (ANTARA) - Patresia Kirnandita mendapat tawaran dari penerbit untuk membuat buku mengenai luka masa kecil setelah artikel-artikel buatannya di media Tirto dan Magdalene menarik perhatian editor.
Tawaran itu membuahkan buku perdananya berjudul "Si Kecil yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa" yang mengangkat tema inner child terluka dan toxic parenting. Kedua tema ini tengah jadi kegelisahan banyak orang yang menyadari bahwa semasa kecil mereka mengalami pengasuhan toksik yang berimbas pada cara hidup mereka di masa dewasa.
Sebelum menulis buku ini, Patres telah menuliskan beberapa artikel di beberapa media tempatnya bekerja mengenai pengasuhan toksik yang dialami dirinya dan beberapa orang lain.
Betapa cara asuh merusak proses perkembangan seseorang bahkan sampai ia memiliki anak. Luka masa kecil juga tidak akan sembuh hanya karena tahun yang berlalu, ia membekas dalam diri seseorang.
Butuh kesadaran dan pengetahuan untuk mengakui bahwa luka itu masih ada dan memengaruhi hidupnya. Jika tidak, maka luka itu akan diteruskan pada keturunannya kelak. Luka masa kecil yang tidak tersembuhkan akan berlanjut menjadi toksik parenting.
Siklus ini hanya dapat berhenti jika sebuah generasi mulai menyadari isu ini dan mau membicarakannya secara terbuka. Dengan demikian, membicarakan luka masa kecil merupakan upaya untuk menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan.
Patres yang bertahun-tahun terjun sebagai jurnalis di berbagai media mengaku sama sekali tidak terpikir untuk membuat buku, tapi setelah ditawari dia menyadari mungkin saja ada orang lain yang juga punya pengalaman serupa soal luka masa kecil, tapi merasa sendirian dan tidak diakui.