Dengan orang-orang yang mencoba mencerna berita tentang varian COVID-19 yang baru, "kenyataan situasinya, dengan ekuitas yang bangkit kembali sekarang dan jenis emas yang datar, orang-orang beralih ke aset-aset berisiko," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Prospek suku bunga yang lebih tinggi, yang mengangkat peluang kerugian memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil, telah membebani emas, dan pasar dengan cermat melacak garis waktu Federal Reserve AS untuk memperketat kebijakan.
Baca juga: Harga emas bersiap untuk minggu terburuk 5 bulan karena Fed yang "hawkish"
Kemungkinan menimbulkan tekanan tambahan bagi emas, dolar menguat, membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS juga naik.
Sampai kita mendapatkan lebih banyak berita tentang Omicron dan potensinya, "pasar akan terus diperdagangkan dengan ketidakpastian. Itu tidak hanya akan berdampak pada beberapa pasar yang bergantung pada permintaan, seperti energi dan logam dan pasar saham, tetapi juga emas," analis Saxo Bank, Ole Hansen mengatakan.
Pertanyaan besar bagi pasar adalah "prospek suku bunga bank-bank sentral utama untuk tahun depan" sehubungan dengan varian virus corona baru Omicron, kata Chintan Karnani, direktur penelitian di Insignia Consultants. Ekspektasi kenaikan suku bunga yang tertunda untuk 2022 "akan menyebabkan harga saham dan inflasi naik," katanya.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 28,3 sen atau 1,22 persen, menjadi ditutup pada 22,852 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 10,2 dolar atau 1,07 persen, menjadi ditutup pada 964,5 dolar AS per ounce.
Baca juga: Emas hentikan penurunan empat sesi beruntun, berakhir sedikit lebih tinggi
Harga emas melemah karena sentimen risiko pulih setelah terpukul Omicorn
Selasa, 30 November 2021 7:12 WIB