Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas Nahdlatul Ulama Peduli COVID-19 menjadikan upaya pemberantasan hoaks atau informasi bohong terkait dengan virus corona sebagai program prioritas.
"Di Indonesia, 92 persen hoaks tersebar di media sosial. Sebanyak 41 persen di antaranya merupakan hoaks terkait kesehatan. Meski demikian, kini semakin banyak warga NU sadar kesehatan dan bahaya COVID-19," kata Ketua Satuan Tugas Nahdlatul Ulama (Satgas-NU) Peduli COVID-19 Makki Zamzami dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Makki mengatakan informasi bohong terkait vaksin COVID-19 juga merambah hingga ke sejumlah warga NU. Untuk itu Satgas NU Peduli COVID-19 menjadikan pemberantasan hoaks sebagai salah satu program prioritas.
“Apalagi, dulu di awal-awal informasinya masih berubah terus. Tapi saat ini pesantren dan para pengasuhnya adalah salah satu yang aktif melawan COVID-19," katanya.
Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengatakan vaksin yang beredar saat ini di Indonesia dipastikan halal sejak awal produksi sampai akhir dan hanya bisa mencukupi sebagian kebutuhan vaksin di Tanah Air.
"Karena itu, vaksin lain diperlukan untuk memenuhi target vaksinasi," kata Cholil menambahkan.
Cholil mengingatkan bahwa Islam sangat menganjurkan menghindari bahaya. Bahkan, pencegahan penyebaran COVID-19 termasuk ibadah bagi muslim karena menghindari bahaya bagi lingkungan sekitarnya.
Cholil sepakat bahwa aktivitas belajar mengajar di pesantren perlu kembali dibuka. Sebab, pesantren dan pengasuhnya diisolasi dalam suatu tempat.
"Mereka tidak berinteraksi dengan pihak di luar pesantren," katanya.
Baca juga: PDIP DKI laporkan Hersubeno Arief soal dugaan penyebaran hoaks ke Polisi
Baca juga: Isu radikalisme dan hoaks dapat pecah persatuan bangsa, kata Ma'ruf Amin