Bogor (ANTARA) - Kota Bogor, menjadi kota pertama di Indonesia, mendeklarasikan diri sebagai kota pintar dalam mengurangi penggunaan plastik dan mengelola limbah plastik atau "Plastic Smart Cities" setelah menandatangani kerja sama dengan Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) pada Jumat.
"Tindak lanjut dari kerja sama dengan Yayasan WWF ini, adalah adanya aksi nyata dengan berkolaborasi untuk mengurangi sampah plastik dan mengolahnya menjadi benda yang sifatnya konkret. Sampah plastik diambil, diolah menjadi apa, dan ini penting," kata Wali Kota Bogor Bima Arya di Balai Kota Bogor.
Hingga kini, selain Kota Bogor, terdapat sejumlah kota di berbagai negara lain seperti Filipina, Vietnam, Thailand, dan China yang telah mendeklarasikan diri sebagai "Plastic Smart Cities" sedangkan untuk di Indonesia, Kota Bogor menjadi kota pertama yang mendeklarasikan.
Menurut Bima Arya, pengolahan sampah plastik itu, semuanya harus dilakukan berdasarkan data. "Berapa yang dikolektif, berapa kemampuan, dan berapa pengurangannya berapa. Kita harapkan arahnya ke sana," katanya.
Pemerintah Kota Bogor, kata dia, akan menyiapkan lokasinya di Bogor, sehingga pengolahannya dilakukan secara berkolaborasi yang dibantu WWF, untuk kemudian mengubah plastik menjadi energi. "Jadi ujungnya adalah energi. Mengolah masalah sampah menjadi berkah," katanya.
Bima Arya mengakui, deklarasi sebagai "Plastic Smart Cities" ini menjadi beban sekaligus tantangan untuk menjadikan Kota Bogor sebagai kota ramah lingkungan. "Saya tidak ingin deklarasi ini hanya sekedar seremoni, karena tidak diikuti dengan aksi nyata dan tidak menjadi solusi," katanya.
Menurut Bima, dari banyak riset hasilnya menyebutkan, sampah plastik berdampak nyata bagi kualitas kehidupan. Dari kerja sama antara Pemerintah Kota Bogor dan Yayasan WWF ini, Bima menginginkan adanya aksi nyata secara langsung yakni pengolahan sampah plastik.
"Saya sangat berharap, program 'Plastic Smart Cities' ini bisa berjalan baik, sehingga bisa diduplikasi dan menginspirasi kota-kota yang lainnya di Indonesia," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Bima Arya juga mengingatkan pimpinan dinas terkait, dalam menjalankan program "Plastic Smart Cities" ini harus berdasarkan data dan ada angkanya, dimulainya dari angka berapa, metodenya seperti apa, dan nanti hasilnya bagaimana.
Menurut Bima, langkah pertama, adalah merapikan data-data dan kemudian dilanjutkan dengan mengolah sampah plastik menjadi energi. "Mengolah sampah pelastik menjadi energi ini tidak mudah," katanya.
Kota Bogor, kata dia, sudah pernah melihat inovasi pengolahan sampah plastik seperti ini di Kepulauan Seribu dan di Bali, sehingga ingin mereplikasi dan memodifikasinya di Kota Bogor dengan bantuan semua pihak.
Ketua Badan Pengurus Yayasan WWF Indonesia, Alexander Rusli, mengatakan, sampah plastik memiliki dampak langsung terhadap kehidupan manusia. Program "Plastic Smart Cities" ini, kata dia, membutuhkan dukungan banyak pihak untuk mencapai target atau hasil yang diharapkan.
Baca juga: Wali Kota Bogor setujui pembangunan pabrik pengolahan limbah plastik di Galuga
Baca juga: Larangan penggunaan kantong plastik di Bogor didukung Alfamart
Baca juga: Ribuan warga Bogor deklarasi merdeka dari plastik