Ngamprah, 25/7 (ANTARA) - Kegiatan penambangan pasir secara liar semakin marak dan mulai meresahkan pihak pengelola waduk Saguling, karena dilakukan secara besar-besaran hingga menbentuk lubang dan gua di beberapa kawasan.
Menurut Supervisor Senior Keamanan dan Humas, PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) PLTA Saguling, Ujang Suhendra, Minggu, saat ini terdapat 50 titik genangan Waduk Sagulingl yang dijadi lokasi kegiatan penambangan pasir liar tersebut yang dilakukan oleh 364 orang.
"Bukan apa-apa, akibat dari Penambangan pasir liar menimbulkan masalah lingkungan, terutama sedimentasi Waduk Saguling. Sedimentasi memengaruhi masa manfaat Waduk Saguling untuk operasional pembangkitan. Akhirnya yang rugi masyarakat juga," kata Ujang.
Dijelaskannya, pasir yang diangkut dengan menggunakan perahu kemudian dibawa ke lapak pasir. Di sekitar genangan Waduk Saguling, terdapat 12 lapak pasir, tersebar di Desa Sarinagen 1 lapak, Sukamulya 1 lapak, Bongas 3 lapak, Batulayang 1 lapak, Cililin 1 lapak, Cihapelas 1 lapak, Batujajar 1 lapak, dan Pangabuban 3 lapak.
"Sebetulnya kita telah melakukan berbagai upaya memperingatkan warga tidak melakukan penambangan pasir di wilayah ini. Bahkan lebih dari itu kita pun sudah melakukan program community development. Di antara sekian banyak penambang, 28 orang sudah alih profesi menjadi peternak itik dan 72 orang sekarang menekuni usaha kerupuk, ternak domba, kerajinan anyaman, dan lain-lain," ujarnya.
"Rata-rata sedimen yang masuk ke Waduk Saguling 5,5 juta m3/ tahun, sementara laju sedimentasi di dead stroge 3,85 juta m3/tahun. Kalau melihat sedimen yang masuk ke Waduk Saguling, volume tampungnya selama 23 tahun berkurang 17%," ungkapnya.
Salah seorang penambang pasir liar, Jejen (47), warga Kp. Cigarung RT 02/RW 01 Desa Mekarsari, Kec. Cipatat mengatakan, dirinya terpaksa menggali pasir secara liar karena tidak punya pekerjaan tetap. Sehari-hari, Jejen berprofesi sebagai buruh bangunan.
"Dulu tanah ini milik nenek moyang saya, tapi karena ada proyek PLTA Saguling, dibeli PT PLN (PT Indonesia Power). Sejak itulah saya berganti profesi menjadi buruh bangunan. Ternyata penghasilan dari buruh bangunan tak langgeng, kadang ada pekerjaan, terkadang lama menganggur. Selama menganggur itulah saya menggali pasir," kata Jejen.
Aktivitas penambangan galian pasir liar di wilayah Kab. Bandung Barat saat ini tak hanya terjadi di daerah pegunungan, melainkan sudah merambah hingga ke bantaran Waduk Saguling. Berbeda dengan teknik penambangan gunung, aktivitas penambangan di bibir genangan Waduk Saguling dilakukan dengan cara membuat lubang menyerupai gua. Aktivitas penambangan liar ini dilakukan secara terang-terangan. Alat yang digunakan sangat sederhana, hanya pacul, garpu, sekop, dsb. Pasir hasil penambangan itu diangkut dengan menggunakan perahu. Hasil galian dibawa ke beberapa tempat yang disebut lapak pasir.***1***
(U.pso-215/B/M019/M019) 25-07-2010 16:29:35