Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bekasi membidik orang tua asuh untuk membangun Kampung Tangguh Jaya di wilayah dengan penyebaran kasus COVID-19 yang tinggi.
"Program ini bertujuan meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment) COVID-19 hingga ke rentang kendali terbawah lapisan masyarakat," kata Wakil Ketua Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bekasi Komisaris Besar Polisi Hendra Gunawan di Cikarang, Selasa.
Hendra mengatakan orang tua asuh bisa diambil dari kalangan komunitas, tokoh masyarakat, fasilitas kesehatan, hingga perusahaan yang memiliki kemampuan finansial serta tenaga.
"Dibuatlah Kampung Tangguh Jaya dengan penanggung jawab Bapak A, atau PT A, atau RS A dan lainnya, di daerah yang kasus positifnya masih tinggi," katanya.
Di Kabupaten Bekasi, kata dia, Kampung Tanggung Jaya sebenarnya sudah dibangun di 88 titik wilayah dengan kasus penyebaran tinggi COVID-19 hanya saja dibutuhkan lebih banyak lagi kampung-kampung serupa agar penanganan bisa berjalan lebih maksimal.
"Data kasus selalu bergerak naik turun jadi kami harus ada langkah antisipasi agar selalu siap jika ada penambahan kasus mendadak. Pernah ada satu keluarga sampai menularkan tujuh orang, tapi sekarang sudah sembuh semua," ungkapnya.
Selain upaya menekan kasus COVID-19 melalui 3T, keberadaan kampung ini untuk meningkatkan ketahanan pangan, keamanan, serta meningkatkan upaya pencegahan atau penanganan bencana.
"Jadi output kampung ini luas karena selain pencegahan COVID-19, sekaligus bagian dari ikhtiar pemulihan ekonomi di masa pandemi melalui pemberdayaan masyarakat, juga upaya peningkatan kamtibmas dan kesiapsiagaan warga mengantisipasi bencana," katanya.
Kapolres Metro Bekasi itu menyebut berkaitan penerapan PPKM skala mikro di wilayahnya, saat ini tidak ditemukan zona oranye dan merah kasus penyebaran COVID-19 di setiap lingkungan RT dan RW.
"Statusnya masih di zona kuning dan hijau, artinya dalam satu RT tidak ditemukan kasus COVID-19 di atas enam orang atau baru sebatas satu sampai lima kasus saja," katanya.
Tren penurunan kasus di Kabupaten Bekasi ini berdampak terhadap okupansi ruang rawat isolasi terpusat mandiri di Hotel Ibis Cikarang ikut menurun. Dari jumlah 83 orang pada pekan lalu, sudah turun menjadi 67 orang. Dari jumlah 67 orang tersebut, 11 orang di antaranya korban banjir.
Penerapan PPKM skala mikro, kata Hendra, sudah dilaksanakan di 187 posko yang tersebar di setiap desa se-Kabupaten Bekasi.
"Setiap posko ada petugas yang melakukan penanganan COVID-19 mulai dari tiga pilar ditambah dari tim surveilans, puskesmas dan relawan. Tugasnya, membantu pemerintah dalam menjalankan 3T," ungkapnya.
Saat ditemukan kasus positif baru, petugas akan melakukan pelacakan selama 14 hari ke belakang dan klasifikasi kontak erat yakni keluarga.
"Kita miliki tempat isolasi terpusat yakni Bapelkes, Wisma Ki Hajar Dewantara, dan Hotel Ibis. Kalau rumah pasien memadai untuk isolasi mandiri, segera kita fasilitasi untuk penyekatan agar tidak menularkan kepada anggota keluarga lainnya. Kita fasilitasi juga untuk kebutuhan rumah tangganya agar tidak berkeliaran," ucapnya.
Selanjutnya petugas akan melakukan tes usap antigen untuk menemukan kasus baru.
"Pasien COVID-19 walaupun yang tanpa gejala, kita pisahkan dari keluarga, mengapa? Dari data kami saat ini klaster yang terbesar adalah klaster keluarga. Satu pasien entah bersumber dari klaster industri, klaster kantor dan lain-lain, ketika kembali ke rumah itulah menjadi klaster keluarga, minimal menularkan satu orang," kata dia.
Baca juga: Panglima TNI dan Kapolri resmikan 7.024 Kampung Tangguh seluruh Indonesia
Baca juga: Forkopimda Kabupaten Indramayu resmikan kampung tangguh COVID-19
Baca juga: Karawang bangun Kampung Tangguh COVID-19 jaga ketahanan pangan