Survei yang dilakukan oleh Polmatrix Indonesia menunjukan sekitar 81,1 persen publik lebih memilih untuk menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dibandingkan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Sebanyak 81,1 persen responden memilih protokol kesehatan seperti memakai masker, jaga jarak, tidak bersalaman, dan rajin cuci tangan agar terhindar dari penularan COVID-19," kata Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam siaran persnya, di Jakarta, Rabu.
Hanya ada 11,3 persen responden yang memilih mendukung pemerintah supaya menerapkan PSBB seperti yang sudah pernah dilakukan sebelum dibukanya kembali perekonomian.
Ada pula sebanyak 3,6 persen responden yang memilih PSBB sebaiknya diperketat, mendekati model karantina wilayah atau lockdown. Sisanya 4,2 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini telah memutuskan untuk memberlakukan kembali PSBB di tengah ramainya pro dan kontra.
Dia mengatakan, harus diakui dilema antara kesehatan dan ekonomi menjadi pertimbangan para pengambil kebijakan. Dampak COVID-19 telah membuat perekonomian nasional merosot dan kini berada dalam bayang-bayang resesi.
Opsi PSBB yang diperketat seperti pada awal pandemik mensyaratkan sejumlah hal, di antaranya pemberian bantuan sosial untuk masyarakat yang terdampak. Pembatasan aktivitas perkantoran dan tempat-tempat usaha juga menciptakan dampak terhadap bidang-bidang usaha lain khususnya sektor informal.
Dengan waktu tersisa sekitar dua minggu hingga berakhirnya kuartal III/2020, pemerintah lebih cenderung menerapkan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM).
"Artinya sektor-sektor ekonomi dapat beroperasi sepanjang menerapkan protokol kesehatan, dengan pengawasan dan sanksi yang tegas, sambil menyelesaikan persoalan kesehatan," kata Dendik.
Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada 1-10 September 2020, dengan jumlah responden 2.000 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Metode survei dilakukan dengan menghubungi melalui sambungan telepon terhadap responden survei sejak 2019 yang dipilih secara acak. Margin of error survei sebesar ±2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Survei: Publik meminta Pilkada 2020 ditunda
Baca juga: Survei IPI: Mayoritas elite percaya Jokowi mampu tangani COVID-19
Baca juga: Survei penanganan COVID-19 tonjolkan tiga nama Gubernur
Baca juga: Survei: Publik meminta Pilkada 2020 ditunda
Baca juga: Survei IPI: Mayoritas elite percaya Jokowi mampu tangani COVID-19
Baca juga: Survei penanganan COVID-19 tonjolkan tiga nama Gubernur