Solo (ANTARA) - Stroke hingga saat ini masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia seiring dengan makin tingginya angka insidensi serangan penyakit tersebut, kata Spesialis Neurologi Konsultan RSUD dr Moewardi Solo dr Rivan Danuaji.
"Angka kejadian serangan stroke pada tahun ini meningkat jika dibandingkan tahun lalu. Kalau tahun lalu perbandingannya satu dari enam orang terkena serangan stroke, saat ini satu dari empat orang," kata dia di sela peringatan Hari Stroke Sedunia di Bundaran Gladak Solo, Selasa.
Untuk meminimalisasi kejadian tersebut, pihaknya berupaya melakukan kampanye kepada masyarakat akan bahaya stroke pada peringatan tersebut.
"Termasuk kalau ada anggota keluarga atau orang sekitar kena stroke segera bawa ke rumah sakit. Makin cepat tindakannya makin banyak kesempatan kami mengobati kerusakan yang ada. Kalau tidak dicegah bersama-sama maka akan makin tinggi angka insidensinya, makin besar biaya pengobatannya," katanya.
Selain itu, katanya, untuk menurunkan angka insidensi tersebut masyarakat harus segera mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.
"Harus menerapkan pola hidup sehat, makan sayur, hindari makanan berlemak, olahraga teratur, jaga berat badan, banyak minum air putih, hindari merokok dan alkohol. Merokok ini risikonya sangat besar," katanya.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Surakarta dr Subandi mengatakan para dokter spesialis saraf di Solo ikut memeriahkan peringatan Hari Stroke Sedunia dengan menggelar aksi sosialisasi mengenai bahaya penyakit stroke.
Terkait dengan hal itu, katanya, para dokter telah melakukan berbagai upaya di kalangan masyarakat untuk mencegah penyakit stroke namun hasilnya belum maksmal.
Ia mengatakan tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya penanganan penyakit stroke pada fase awal juga masih kurang.
Padahal, katanya, langkah terbaik untuk penanganan penyakit stroke dengan segera membawa pasien ke rumah sakit agar cepat memperoleh perawatan dan penanganan medis.
"Kuncinya penanganan stroke itu di fase awal. Di stroke itu namanya 'golden time' atau masa emas penyembuhan, kalau itu lewat susah. 'Golden time' itu hanya 4,5 jam dari pertama serangan," katanya.
Ia mengatakan jika pasien stroke dibawa ke RS melebihi waktu 4,5 jam dari awal serangan menyebabkan penanganan tidak maksimal.
Ia juga berharap, masyarakat menyadari jika nantinya menemui gejala-gejala, seperti mendadak wajah perot, lumpuh sebagian badan, dan sulit komunikasi, agar segera dibawa ke rumah sakit.
Baca juga: Penyakit stroke kini rentan juga diderita usia muda
Baca juga: Pemkab dorong rsud tingkatkan pelayanan stroke center
Kunci penanganan stroke di fase awal, kata Spesialis Neurologi
Selasa, 29 Oktober 2019 16:33 WIB